Mengenang 13 Tahun Gempa Jogja: Sujiman Selamatkan Cucunya yang Patah Kaki di Saat Rumahnya Ambruk
Yang pertama ia lakukan adalah menyelamatkan cucunya, Desti--yang saat itu masih kelas dua SD--dari reruntuhan tembok.
Sujiman melihat semua anggota keluarganya selamat. Ia bersyukur.
Yang pertama ia lakukan adalah menyelamatkan cucunya, Desti--yang saat itu masih kelas dua SD--dari reruntuhan tembok.
"Ketika tubuh cucu saya angkat. Kaki kanannya kiwir-kiwir, (patah)," terang Sujiman.
Di antara rasa kalut dan panik, ia segera membawa cucunya itu ke pengobatan alternatif sangkal putung. Penyembuhan patah tulang.
Namun tak sanggup. Sujiman lantas melarikan ke Rumah sakit Bethesda.
"Di rumah sakit disarankan untuk dioperasi. Akhirnya saya bawa ke PKU Bantul. Dioperasi disana," cerita Sujiman.

Hari Paling Berat
Hari-hari pasca tragedi gempa, menjadi hari yang paling berat.
Sujiman beserta anggota keluarganya, dan warga terdampak lainnya tinggal di barak pengungsian.
Barak ini terletak di gudang bekas kayu di Kampung Protobayan.
Sujiman masih ingat betul, pasca gempa, Sabtu malam hujan turun dengan lebatnya.
"Saya dan keluarga bernaung dibawah tenda, di barak pengungsian," kata dia.
Berkumpul bersama para korban lainnya, Sujiman mendengar informasi di kampungnya, Protobayan, ada sembilan orang meninggal dunia dan langsung dikebumikan hari itu juga secara bersamaan.
Baca: Moeldoko Beberkan Fakta Aksi 22 Mei: Sebut Setingan hingga Rencana Pertemuan Jokowi dan Prabowo
Hampir semua warga kehilangan tempat tinggal dan harta benda. Perekonomian warga lumpuh.
Bahan makanan sulit didapatkan. Semua gotong-royong supaya bisa bertahan.