Mengenang 13 Tahun Gempa Jogja: Sujiman Selamatkan Cucunya yang Patah Kaki di Saat Rumahnya Ambruk
Yang pertama ia lakukan adalah menyelamatkan cucunya, Desti--yang saat itu masih kelas dua SD--dari reruntuhan tembok.
"Ada yang punya lembu. Terkena runtuhan rumah. Dan kelihatannya mau mati. Kita potong. Dagingnya kita masak bersama-sama," kata dia.
"Ada yang masih punya sayuran. Kita masak bersama. Kebersamaan itu yang membuat kita jadi kuat," ujar Sujiman.

Isu Tsunami Bikin Panik
Bergeser ke kampung lain.
Masih di Bantul, tepatnya di Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro.
27 Mei 2006 silam. Matahari masih belum menampakkan sinarnya di langit timur pagi itu, ketika Masda Tanjung, terbangun dari tidurnya.
Beranjak dari tidur, murid kelas dua SMA 2 Bantul itu bergegas menuju kamar mandi yang terletak tak jauh di belakang rumahnya.
Semua masih normal seperti biasa. Sampai Masda selesai mandi, memakai celana kemudian melangkah ke luar dari sumur.
"Awalnya saya mendengar suara gemuruh. Tiba-tiba langsung besar (guncangan gempa)," ujar dia, mulai bercerita.
Baca: Sempat Bingung, Alvin Faiz Petik Hikmah Soal Permintaan Ustaz Arifin Ilham untuk Nikah Muda
Bagi Masda, kenangan 13 tahun silam itu tak mungkin bisa dilupakan begitu saja.
Ia masih sangat hafal cerita bagaimana gempa tektonik di pagi itu merobohkan rumah-rumah di kampungnya.
Beruntung, saat kejadian naas itu Masda berada di area sekitar sumur. Ruang terbuka.
Ia sempat menyaksikan tembok beteng cukup tinggi, pembatas sumur, roboh di depan matanya.
"Saya berdiri mau jatuh. Dipenuhi asap putih karena guguran tembok yang roboh," tuturnya.
Tak lebih dari satu menit. Gempa berhenti. Masda melangkah melewati pintu belakang.