Umur Sekitar Satu Abad Kakek di Tanjungpinang Ini Tetap Sehat dan Pelihara Belasan Anjing
Jalan setapak ini mengantarnya ke dalam rimbunan pohon-pohon tinggi. Di bawah rimbunan pohon-pohon, rumahnya yang kumuh itu berdiri.
Namun sayang, dia sudah lupa akan usianya sendiri. Yang jelas, umurnya kurang lebih 100 tahunan.
Dia coba membangkitkan kembali kenangan yang membuat orang bisa menaksir usianya.
Dia hanya ingat mulai menginjakkan kaki di Tanjungpinang sekitarnya tahun 1962.
"Waktu itu umur saya sekitar 40, mau sampai 50 tahun. Soalnya adik saya umurnya sekitar 30 tahun, sudah punya lima anak," ucapannya.
Domianus mengenang, saat pertama kali menginjakkan kaki di Tanjungpinang, hampir semua wilayah masih dipenuhi hutan belantara. Dia pun mulai bekerja dengan menjaga lahan para pemilik tanah.
Seakan hidup menyatu dengan alam, lelaki itu makan dan minum dari apa yang ada. Dia mengaku hanya makan daun getah dan minum air parit.
"Dulu mana ada warung makan macam sekarang. Saya kuat sampai sekarang karena makan daun getah lah," ucapnya dengan logat melayunya.
Hidup dari alam dengan kondisi apa adanya juga menjadi alasan bagi Domianus untuk tidak beristri. Dengan polos, dia mengaku tidak mau mencari pasangan hidup karena takut tidak ada yang menyukainya.
Lagi pula sejak awal datang ke Tanjungpinang, Domianus jarang bertemu seorang pun wanita. "Mana ada perempuan waktu itu. Perempuan mana mau juga makan daun getah," ujarnya dengan raut wajah serius.
Tanpa pasangan hidup, lelaki ini menghabiskan hampir seluruh masa hidupnya bersama binatang-binatang peliharaannya. Dia memelihara anjing serta ayam dan jumlahnya mencapai ratusan ekor.
Di balik semuanya itu, dia menunjukkan rasa cintanya pada hewan. Dia hanya memelihara dan tidak pernah membunuh seekor pun hewan peliharaannya tersebut.
Bahkan hatinya tidak pernah tergiur ketika beberapa orang hendak membeli binatang-binatang peliharaannya ini. Kalau ada yang ingin membeli, Domianus sengaja mematok harga tinggi agar para pembeli mengurungkan niatnya.
Harga seekor anak anjing misalnya dipatok senilai Rp 1 juta. Apalagi harga seekor anjing yang sudah tumbuh besar, tentu dibuka dengan harga lebih tinggi lagi.
"Mana mau saya bunuh hewan. Biarkan dia mati sendiri. Karena mereka sama dengan saya; tidak mau disakiti," ungkap Domianus seakan membuka sedikit spiritualitas hidupnya.
Meski demikian, Domianus agak berbeda memperlakukan nyamuk dan semut. Dia memilih membunuh bintang-binatang itu karena sangat menggangu hidupnya.