Kamis, 2 Oktober 2025

Harga Selangit, Perdagangan Kulit Harimau Sumatera Sangat Tertutup Dan Sulit Dideteksi

Meskipun jumlahnya semakin langka, namun Harimau Sumatera selalu jadi buruan karena harga kulitnya yang mahal.

Editor: Hendra Gunawan
Dokumen Tribun Pekanbaru
Petugas Balai Pengamanan dan Penegakkan Hukum (BPPH) Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah II Riau memperlihatkan barang bukti usai menggagalkan upaya perdagangan kulit harimau sumatera di Pekanbaru, Kamis (29/9/2016). Kulit harimau tersebut rencananya akan dijual tersangka yang disinyalir merupakan bagian dari perdagangan satwa liar kepada pembeli seharga 80 juta rupiah. 

Terkait aktivitas penjualan tubuh Harimau, Kepala Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau Suharyono, tak menampiknya karena beberapa kali hal ini pernah jadi temuannya.

Mulai dari perdagangan satwa dilindungi secara utuh, maupun hanya bagian-bagian organ tertentu, seperti kulit harimau, tringgiling, dan gading gajah.

Suharyono juga tak menampik jika sindikat atau mafia satwa ini turut melibatkan warga sekitar untuk menjerat atau menangkap binatang langka di hutan.

"Orang tidak akan berburu kalau tidak mendapatkan keuntungaan yang berlebih. Di sini banyak masyarakat diperalat, tapi itulah faktanya," imbuhnya.

Disinggung harga bagian tubuh hewan langka yang dijual di pasar gelap, Suharyono mengaku tak begitu paham.

"Saya tidak tahu pasti harganya. Misalnya kulit harimau, namun saya pikir kolektor berani membayar mahal," tandasnya.

Suharyono mengatakan, keberadaan Harimau Sumatera di Riau cukup unik.

Sebab ada dua jenis Harimau Sumatera, yakni harimau rawa atau gambut (dataran rendah) dan harimau dataran tinggi (daerah perbatasan Riau-Sumbar).

"Kita rencananya akan membangun stasiun harimau rawa yang kemungkinan di Bukit Batu, Bengkalis," ujarnya kepada Tribunpekanbaru.com, Sabtu (29/9/2018).

Ditambahkannya, Harimau Sumatera ini penyebarannya hampir merata di wilayah Provinsi Riau. Namun populasinya sangat kecil, tercatat hanya tinggal 40-an ekor saja.

Di antara faktor penyebab terancamnya populasi Harimau Sumatera di Riau adalah kembali maraknya aktifitas perambahan kawasan oleh para pelaku illegal logging.

Selain itu juga meningkatnya aktifitas perburuan atau pelaku penjerat babi.

Menurut Humas World Wide Fund for Nature (WWF) Program Riau, Syamsidar, sesuai namanya, Harimau Sumatera merupakan satwa endemik Pulau Sumatera.

Dijelaskannya, Harimau Sumatera memiliki badan paling kecil dibanding subspesies lain dengan panjang mencapai 2,5 meter dan berat 140 kilogram.

Warna bulunya pun lebih gelap dari jenis harimau lain dan bervariasi dari warna kuning kemerahan sampai oranye gelap dengan belang berwarna hitam.
Keberadaan harimau ini, kata Samsidar, sangat penting, sebab binatang itu tergolong spesies payung (umbrella species).

“Perlindungan terhadap hewan tersebut secara tidak langsung juga akan melindungi spesies lain di habitat yang sama,” ujarnya kepada Tribunpekanbaru.com, akhir pekan lalu. (TRIBUN PEKANBARU CETAK/rzk/ton/iam/sir/joe/dni)

Artikel ini telah tayang di Tribunpekanbaru.com dengan judul Kulit Harimau Sumatera Dihargai Rp 80 Juta, Praktik Perdagangan Satwa di Riau Sulit Terbongkar,

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved