Kamis, 2 Oktober 2025

Kisah Bocah SD yang Dikucilkan di Sekolahnya karena Ketahuan Tertular HIV

Gigih mengalami hal yang sangat menyakitkan, dia dikucilkan oleh teman-temannya. Hal ini bermula saat Gigih ketahuan sebagai pengidap HIV.

Editor: Dewi Agustina
net
Ilustrasi HIV/AIDS 

TRIBUNNEWS.COM, TULUNGAGUNG - Gigih (10)--nama samaran--mengalami hal yang sangat menyakitkan, dia dikucilkan oleh teman-temannya.

Hal ini bermula saat Gigih ketahuan sebagai pengidap HIV.

Menurut salah satu perangkat desa di tempat tinggah Gigih, NK, belum diketahui dari mana siswa kelas IV SD ini tertular HIV.

Sebelumnya tidak ada yang tahu jika Gigih mengidap virus yang memakan kekebalan tubuh ini.

Sampai kabar kondisi Gigih tersebar luas di antara teman-teman dan orang tua murid di SD tempatnya menimba ilmu.

"Sebenarnya anak ini sudah lama tidak masuk sekolah karena sakit. Beberapa hari lalu dia kembali ke sekolah," tutur NK.

Saat Gigih kembali ke sekolah itulah terjadi aksi penolakan. Seluruh teman-temannya menolak masuk ke ruang sekolah.

Sikap para siswa ini atas saran orang tua masing-masing yang ketakutan terhadap Gigih.

Baca: Jokowi: Patung Garuda Wisnu Kencana Mahakarya Anak Bangsa, Patung Tertinggi ke-3 di Dunia

Bahkan mereka mengancam, jika Gigih tetap sekolah di SD itu, mereka semua akan pindah sekolah.

Mereka menuntut agar Gigih dikeluarkan dari sekolah, dan dipindahkan ke sekolah lain.

"Jadi pilihannya dua, mempertahankan anak ini atau mempertahankan siswa yang lain," keluh NK.

Pelaksana Program Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Tulungagung, Ifada Nur Imaniar menyayangkan terungkapnya identitas Gigih.

Padahal KPA Tulungagung beserta perangkat desa dan para tenaga medis telah berusaha keras merahasiakan kondisinya.

Menurut Ifada, justru ada saudara Gigih yang membocorkan kondisi anak ini.

"Kami tidak tahu motivasinya apa, mungkin benci atau karena apa. Tapi yang jelas dampaknya sangat buruk terhadap Gigih," tutur Ifada.

Ifada mengungkapkan, Gigih sebenarnya adalah anak angkat. Kedua orang tuanya bekerja di Surabaya.

Ia tinggal bersama neneknya di sebuah desa di Tulungagung.

Baca: Mobil Melaju Kencang saat Jembatan Emas Terbuka, Dua Orang Meninggal Terjun dari Ketinggian 20 Meter

Selama ini Gigih juga rajin mengonsumsi Antiretroviral (ARV) untuk menekan jumlah virus di tubuhnya.

Gigih baru saja menjalani operasi mata. Kondisinya belum pulih sepenuhnya, namun Gigih sudah mulai masuk sekolah.

"Matanya memang masih bengkak, dan itu yang mungkin membuat wali murid lain ketakutan. Mereka yang melarang anak-anaknya masuk ke ruang kelas jika ada Gigih," ungkap Ifada.

Masih menurut Ifada, banyak masyarakat Tulungagung masih kurang memahami HIV/AIDS.

Akibatnya saat ada penderita yang terungkap identitasnya, maka yang terjadi stigmatisasi yang buruk.

Mereka dijauhi dan dikucilkan, karena dianggap bisa menularkan penyakit.

Karena itu KPA Tulungagung melakukan sosialisasi kepada warga, utamanya wali murid tempat Gigih bersekolah.

KPA memberikan pemahaman bahwa HIV tidak bisa menular hanya dengan berdekatan, bahkan bersentuhan.

Baca: Presiden Jokowi Bangga dengan Patung Garuda Wisnu Kencana

"Waktu sosialisasi kami juga membawa ODHA (orang dengan HIV/AIDS) untuk memberikan testimoni. Supaya warga paham apa sebenarnya HIV/AIDS itu," tegas Ifada.

Selain itu KPA juga melakukan pendampingan terhadap Gigih. Diharapkan bocah yang masih sekolah ini tidak sampai terganggu psikologinya.

Selain itu Gigih juga dibimbing untuk menghadapi segala stigma karena kondisinya yang terlanjur terungkap.

"Dan alhamdulillah, anak ini pembawaannya tetap ceria menghadapi semuanya. Sekarang dia diawasi oleh petugas medis dari Puskesmas," kata Ifada.

Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Kisah Memilukan, Siswa Ini Dikucilkan karena Ketahuan Positif HIV

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved