Erupsi Gunung Agung
Ketakutan Lihat Api dari Atas Puncak Gunung Agung, Ketut Wenten Ajak Keluarganya Mengungsi
Warga dari Banjar Kidulingkreteg, Desa Besakih, itu terpaksa menerobos hujan untuk mengungsi malam-malam.
Di puncak Gunung Agung ia juga melihat kepulan asap abu-abu dan sinar kemerahan.
"Daerah (Banjar Kedungdung, Besakih) saya radiusnya 8 km. Dari sini terlihat di puncak Gunung Agung muncul asap tebal dan di puncaknya terlihat sinar warna merah terang," jelas pria yang bertugas menjadi Linmas ini.
Ratusan warga Banjar Temukus Besakih pun mengungsi.
Dikatakan Ketut Baru, tadi malam warga Banjar Temukus mengungsi ke Banjar Kedungdung. Sebagian besar pengungsi adalah anak-anak, perempuan, dan orang tua.
"Karena gemuruh terus menurus dan suaranya keras, warga Banjar Temukus mengungsi. Sekarang saya masih menerima pengungsi dari Bajar Temukus, Besakih. Radius Banjar Temukus itu 3 kilometer," ujarnya.
Sekitar 200-an pengungsi anak-anak, perempuan, dan orang tua menempati Balai Banjar Kedungdung. Untuk yang laki-laki masih ada di Temukus menunggui hewan ternak.
Baca: Kesal Divonis 7 Tahun, Fredrich Yunadi Sebut Majelis Hakim Nyontek Jaksa
"Kalau daerah kami belum terdampak hujan abu. Di daerah kami masih aman," ungkap Ketut Baru.
Ratusan warga Desa Sebudi, Kecamatan Selat, yang berada di sekitar lereng Gunung Agung di radius 5 sampai 6 kilometer juga mengungsi ke daerah radius 10 hingga 12 kilometer.
Perbekel Sebudi, Komang Tinggal, menjelaskan warga mulai "turun gunung" sejak pukul 19.00 Wita setelah dengar suara gemuruh, sinar api, serta mencium belerang di pemukiman hingga radius 6 kilometer.
"Hampir sebagian warga turun ke bawah karena takut. Mungkin mereka tidur di bawah, di desa tetangga. Warga Sebudi yang turun sekitar 300-400 KK," kata Komang Tinggal saat dihubungi Tribun Bali, Kamis malam.
Warga Sebudi yang sudah turun berasal dari Banjar Sogra, Telung Buana, Sebudi, Lebih, dan Pura.
Mereka rencana mengungsi di Rendang, Sangkan Gunung Sideman, serta Amerta Bhuana.
"Tadi saya tanya, hampir semua mengaku takut mendengar suara gemuruh yang keras. Suaranya terdengar sampai radius 7 kilometer. Warga yang turun hanya membawa bantal, kasur lipat, pakaian. Saya rencana turun ke Sangkan Gunung," jelasnya.
Ditambahkan, warga memilih mengungsi murni karena takut dengan aktivitas vulkanik Gunung Agung. Tidak ada perintah dari pemerintah daerah maupun pasebaya.
"Mereka turun karena takut. Tadi warga lihat cahaya seperti api sekitar permukaan kawah. Bau belerang sampai sekarang tercium," tegas Komang Tinggal.