Kisah Wanita Penderita HIV, Sekarang Menjadi Aktivis Penanggulangan HIV/AIDS
Suaminya juga mengidap HIV. Namun ia bersyukur buah hatinya tidak tertular penyakit yang dideritanya.
Kiki bukanlah perempuan asli Papua, melainkan asli Karo yang ikut orangtuanya ke Papua. Kedua orangtuanya pengajar.
Ia termasuk remaja yang bandel dan sempat dipenjara. Kiki akhirnya dikirim kembali ke Medan. Ia menolak dan memilih merantau ke Kota Dumai, Riau.
"Saya tidak menyesali itu dan mungkin itu sudah tergaris di dalam hidup saya, biarlah itu masa lalu yang penting saya masih bisa bertahan meskipun ada penyakit ini dalam hidup saya. Saya dulu awal testimoni mau bertahan hidup lebih dari sepuluh tahun. Sekarang sudah 9 tahun sejak divonis mengidap HIV. Semoga umur saya panjang dan bermanfaat bagi orang lain, khususnya yang bernasib sama dengan saya," ujarnya.
Kekuatan Kiki itu diakuinya tidak lepas dari dukungan keluarga angkatnya yang mendampingi sejak statusnya positif mengidap HIV di Dumai.
Keluarga angkatnya juga bergerak dibidang LSM Pendampingan terhadap Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA).
"Mereka yang awal mendampingi hingga saya berani berdiri di depan orang membuka penyakit saya. Mereka selalu mendukung saya," jelasnya.
Diakui Kiki, di tahun pertama di vonis HIV, ia dikucilkan keluarga. Padahal di masa itu ia sangat membutuhkan dukungan keluarga. Kiki berusaha ikhlas mendapat cobaan berat ini.
Beruntung begitu hijrah ke Dumai, Kiki ditampung kakak angkatnya hingga akhirnya bersama-sama mendirikan LSM Bahtera, pendampingan bagi penderita HIV/AIDS.
Setelah lima tahun hilang kontak dengan keluarga, akhirnya komunikasi tersambung kembali berkat kiprahnya di LSM Bahtera.
“Awalnya ikut program dan sering ikut pelatihan dan bertemu teman se-Indonesia. Termasuk dari Papua, tempat tinggal orangtua saya. Iseng saja awalnya memberia tahu kalau saya di Riau dan teman dari Papua memberi kontak saya ke keluarga. Dari situlah komunikasi kembali terjalin.” kisah Kiki.
Ada kisah yang tidak pernah terlupakan bagi Kiki, ketika ia mendatangi ibunya yang sedang sakit keras.
Ibu dan keluarganya tak menyangka Kiki masih bertahan hidup dengan penyakit HIV yang dideritanya.
“Sebulan saya mengurus ibu hingga akhirnya meninggal. Saya bersyukur ibu masih melihat saya dengan kondisi bagus," ucapnya.
Kiki mengimbau rekan-rekannya yang mengalami nasib sama dengannya untuk menjalani hidup tanpa stres, jalani apa adanya.
Sebagai tim yang dipercaya untuk bidang penjangkauan, Kiki mengaku lebih kuat lagi dan termotivasi.
"Kalau ketakutan maklum. Kenapa masyarakat masih menjauhi, karena informasi yang didapat masyarakat masih salah. Misalnya, berjabat tangan juga akan menular, hal-hal seperti itu yang harus diluruskan," ujarnya.