Selasa, 30 September 2025

Kisah Puluhan Warga Demak Seminggu Disandera di Mimika, Sehari Hanya Makan Sekali Nasi Tanpa Lauk

salah seorang warga Desa Kedondong, Kecamatan Demak Kota, Kabupaten Demak, ingin segera kembali ke kampung halamannya di Kota Wali.

Editor: Sugiyarto
tribun jateng/hesty imaniar
Keluarga 34 warga Desa Kedondong, Kecamatan Demak Kota, Kabupaten Demak, khawatir anggota keluarga mereka turut menjadi korban penyanderaan kelompok bersenjata di Papua. Mereka mengadukan nasib ke kepala desa setempat, Minggu (12/11/2017). 

TRIBUNNEWS.COM, DEMAK - Ismail (bukan nama sebenarnya), salah seorang warga Desa Kedondong, Kecamatan Demak Kota, Kabupaten Demak, ingin segera kembali ke kampung halamannya di Kota Wali.

Hingga saat ini, dia bersama 33 warga asal Demak lainnya, masih tertahan di Tembagapura, Mimika, Papua.

Cerita itu disampaikan Ismail, saat berbicara via telepon dengan Kepala Desa Kedondong, Sistianto, serta beberapa wartawan, beberapa waktu lalu.

Dalam percakapan itu, Ismail menuturkan bahwa jumlah komplotan yang oleh aparat keamanan disebut Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) kurang lebih 100 orang.

Mereka saat ini tidak berada di desa, tempat Ismail tingggal.

"Kami berada di sebuah desa, kami dalam kondisi tidak boleh keluar dari desa dan melakukan interaksi dengan dunia luar desa ini. Kami tidak diikat, hanya saja semua kegiatan kita hanya dilakukan di desa ini," kata Ismail.

Cerita Ismail itu memberikan kepastian bahwa ada puluhan warga Demak yang menjadi bagian dari korban penyanderaan di Papua.

Mereka umumnya bekerja sebagai buruh tambang dan pedagang di dekat area pertambangan PT Freeport di Tembagapura..

==========================================
Seorang warga Demak yang menjadi korban penyanderaan di Mimika, Papua, menceritakan kondisi warga yang tersandera
Penyandera melarang warga korban penyanderaan keluar kampung
Penyandera juga menyita peralatan komunikasi warga
==========================================

Sebelumnya, Minggu (12/11) lalu, keluarga 34 warga Desa Kedondong mengadu kepada kepala desa mereka.

Warga berharap, kepala desa menjembatani komunikasi dengan aparat kepolisian dan TNI untuk memperjuangkan keluarga mereka yang tersandera di Papua.

Ke-34 warga Demak itu menjadi bagian dari 1.300-an warga Kampung Banti dan Kimbely, Tembagapura, Mimika, Papua, korban penyanderaan oleh KKB.

"Kami berada di sebuah desa di bawah (lembah--Red), sementara itu kami juga sesekali mendengar tembakan yang arah suaranya dari atas lembah. Bahkan mereka (penyandera--Red) juga terlihat membawa senjata tajam berupa parang dan juga senapan api," kata Ismail.

Bagaimana para warga korban penyanderaan memenuhi kebutuhannya? Ismail menceritakan, setiap hari mereka masih bisa makan. "Makan nasi saja kami. Sehari sekali," kata dia.

Dalam perbincangan singkat itu, Ismail menceritakan, para penyandera juga menyita segala perangkat komunikasi warga, termasuk handphone.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved