IIQ An Nur Yogyakarta Cetak Sarjana Mandiri dan Ahli Al-Quran
Tampak wajah-wajah ceria penuh syukur menghiasi aura para wisudawan dan wisudawati. Duduk di jajaran terdepan para mahasiswa dan mahasiswi
lihat foto
Utamanya berkaitan dengan perubahan gelar akademik pada institusi-institusi Islam. Gelar-gelar yang ada saat ini justru banyak terpinggirkan dan dipandang sebelah mata.
Sehingga keluaran institusi-institusi Islam harus mulai berbenah, khususnya dalam soft skill. Dan gelar pun harus disamakan dengan perguruan tinggi umum, dengan didampingi Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKIP).
Menanggapi isu hangat yang masih marak di Negri ini, Yudian kembali menegaskan tidak ada tempat bagi sistem Khilafah di Indonesia.
Selain dipandang tidak relevan dalam konteks Negara Indonesia, sistem ini pasti akan melukai sejarah Bangsa ini, termasuk di dalamnya adalah perjuangan ulama, TNI, dan pahlawan-pahlawan bangsa lainnya.
Selain itu, konsep dan sistem Khilafah tidak pernah diatur dan tidak ada dalam al-Qur’an sama sekali.
Pada akhir penyampaiannya, Yudian berharap para wisudawan IIQ An-Nur harus tampil sebagai intelektual muslim yang sadar akan dirinya sebagai Khalifah Tuhan (pengganti atau penerus) yang berperan dalam mengelola khilaf dan kesalahan untuk membangun peradaban manusia yang bermartabat.
Hal ini sebagaimana figur Rasul saw. adalah satu-satunya Sang Revolusioner yang jauh dari unsur pertumpahan darah, yaitu ketika mampu menaklukkan kota Makkah yang dikenal dengan Fathu Makkah.
Dengan demikian, para alumni IIQ An Nur diharapkan menjadi intelektual muslim berbasis al-Qur’an dan menjadi garda depan bagi terjaganya tradisi Pesantren.
Mereka harus menjadi orang yang dicari dan dibutuhkan karena ilmunya. Bukan sebaliknya, menjadi orang yang sibuk dan fokus sebagai para pencari pekerjaan dan melalaikan tanggung jawab sosial dan keilmuan.
