Asyiknya Berburu Sunrise di Kawasan Gunung Bromo Meski Diterpa Udara Dingin
Saat turun dari bus, udara dingin langsung terasa di sekujur tubuh. Penutup wajah dan sarung tangan langsung dikeluarkan untuk menghangatkan tubuh.
Pemandangan sunrise terlihat. Tetapi matahari terbit tidak bisa terlihat langsung. Hanya, sinar yang menerangi langit dengan pemandangan Gunung Bromo, Gunung Batok dan Gunung Semeru.
Cahaya matahari terus bergerak naik melewati garis cakrawala.

Tribunnews bersama ratusan pengunjung lalu berpaling ke Gunung Bromo.
Gunung yang berada di ketinggian 2.770 mdpl mulai menampakkan diri diterpa cahaya matahari.
Asap belerang yang keluar dari kawah gunung menambah indah pemandangan.
Para pengunjung langsung mengabadikan momen tersebut.
Sebagian lainnya ber-swafoto sambil berhati-hati karena letak bukit yang curam. Sebab, tidak ada pagar pembatas di areal perbukitan itu.
Basir lalu mengingatkan waktu untuk mengabadikan sunrise cukup sampai pukul 05.30 WIB untuk menghindari kemacetan di kawasan Gunung Bromo.
Sambil mengemudi, Basir menawarkan jasa kuda saat melintasi lautan pasir Bromo.
Pasalnya, wisatawan harus berjalan selama 1,5 kilometer sebelum menaiki 250 anak tangga menuju kawah Bromo.
Akhirnya, Tribunnews bersama empat rekan lainnya setuju untuk menggunakan jasa kuda sebesar Rp 150 ribu per orang. Tribunnews.com memakai jasa kuda coklat milik Eko.
Eko bercerita sehari bertugas dari pukul 06.00-11.00 WIB.
Hari biasa, ia hanya menarik kuda sampai ujung tangga Bromo tiga kali pulang pergi.
Tetapi bila masa liburan tiba maka Eko bisa menarik kuda sampai sore hari.
Sambil Eko bercerita, gemuruh suara kawah Gunung Bromo terdengar. Asap belerang dari kawah membumbung tinggi.