Bom di Bandung
Pemilik Bom Panci Dulu Anggota Geng Motor, Tobat Setelah Gabung Dua Ormas Islam
Agus Wiguna, pemilik bom panci, saat sekolah suka mabok, anggota geng motor, dan pengisap ganja. Ia tobat setelah ikuti dua organisasi keagamaan.
“Di mana kamu bergabung dengan mereka?” tanyaku selanjutnya.
“Di mana-mana, tak tentu.”
Ia mengangguk.
“Saya tak tahu nama tempatnya.”
Aku mengangguk lalu kembali memberinya pertanyaan, “Pelajaran apa yang kamu dapat dari mereka?”
“Sama, seperti pengajian pada umumnya,”
“Seperti?”
“Salat, ibadah, sami’na waatha’na…”
“Sami’na waatha’na?”
“Iya, kita mesti patuh dan taat,”
“Pada siapa?”
Ia terdiam. Kepalanya terangkat dan matanya seolah mengawang ke hadapan, sedangkan punggungnya kini tegak dan dadanya tampak membusung terisi udara yang dihirup sedemikian banyak yang kemudian dihembuskannya sekaligus.
“Ada sebuah pertanyaan, saya harap Pak Ustadz bisa menjawabnya,” ujarnya menohokku tiba-tiba.
Aku lupa melepas sarung dan peci di kepala. Mungkin ini yang menyebabkannya memanggilku “Ustadz”. Tapi kucoba tak gentar.
“Konon, dalam sebuah dalil hadits Nabi, kelak Islam akan terpecah menjadi 73 golongan, 72 di antaranya masuk neraka sedangkan yang satu selamat. Islam yang mana yang selamat itu?”