Pengakuan Dokter Kena Pingpong saat Minta Rekomendasi Kemenkes
Erta Priadi Wierawijaya membenarkan telah mengunggah tulisan di Facebook, soal rumitnya mendapatkan rekomendasi Kementerian Kesehatan.
Diakuinya memang masih banyak rumah sakit yang masih kekurangan alkes khususnya ruang intensif. Kalaupun ada, pasien akan terbebani biaya tinggi lantaran alkes milik rumah sakit dibeli dengan harga mahal.
"Bed ICU itu ratusan juta, belum yang lain seperti ventilator, patient monitor. Nah, jadi costnya tinggi kalau dibebani ke pasien. Itu yang menyulitkan kami. Kalau hibah tidak ada nilai investasi karena kami hanya mengeluarkan biaya perawatan," kata Erta.
Mencari bantuan alkes, kata Erta, untuk mengurangi beban biaya kesehatan. Ia ingin pasien RS Kharisma mendapatkan pelayanan kesehatan dengan biaya lebih murah.
"Tapi ketika kami mencoba itu terbentur terhadap aturan birokrasi yang kompleks dan menutup harapan untuk bisa dapat. Kalaupun membeli tentunya mahal," kata Erta.
RS Kharisma berharap kiriman LSM asal Amerika bisa segera diterima. Sebab sudah setahun lebih pihaknya mengajukan bantuan tersebut. Apalagi Semua prosedur dan persyaratan sudah dipenuhi.
"Kami berusaha melalui prosedur legal. Tapi kami dibikin pusing dan proses panjang," kata Erta.
Alkes yang dikirim LSM asing itu berupa bed ICU, patient monitor, ventiltor, mesin USG, manekin untuk pelatihan, dan lainnya. "Itu semua kami butuhkan," kata dia.
Redaksi: Telah terjadi revisi sebelumnya tertulis RS telah beroperasi selama sembilan tahun. Telah diubah menjadi dua tahun.