Tarian Gandrung Sewu Fantastis, Begini Reaksi Bule Jerman
"Very fantastic. Baru pertama kali dalam hidup saya menyaksikan pertunjukan seperti ini," kata Louis, bule asal Jerman USAI menyaksikan Gandrung Sewu.
Laporan Wartawan Surya, Haorrahman
SURYA.CO.ID, BANYUWANGI - Standing aplaus diberikan ribuan penonton di akhir acara Gandrung Sewu di Pantai Boom Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (17/9/2016).
Sebanyak 1.314 penari Gandrung sukses memberikan suguhan yang mampu menghipnotis ribuan penonton. Fantastis!
"Very fantastic. Baru pertama kali dalam hidup saya menyaksikan pertunjukan seperti ini," kata Louis, bule asal Jerman yang menyaksikan Gandrung Sewu.
Pertunjukan Gandrung Sewu tahun ini hampir tanpa cela. Sekitar satu jam penampilan para penari mampu membuat penonton fokus menyaksikan pertunjukan. Tepuk tangan sering kali mengiringi perubahan formasi yang dilakukan para penari-penari cantik ini.
Diawali dengan penampilan anak-anak dari Lalare Orkestra yang berlarian mengejar layang-layang, penonton tertawa melihat ada anak yang menangis gulung-gulung di pasir karena layang-layang didapatnya diinjak-injak. Penonton pun bertepuk tangan dengan aksi yang dilanjutkan permainan musik rancak Lalare.
Setelah penampilan Lalare, dilanjutkan dengan permainan musik seniman-seniman senior yang berpadu apik dengan suara khas sinden Banyuwangi, Temuk Musti dan Supinah.
Tahun ini, gandrung sewu tampil beda. Tdak hanya mengandalkan kolosal, tapi banyak menampilkan formasi.
Julaidi, salah satu koordinator koreografer mengatakan, ada empat formasi inti yang disuguhkan. "Ada empat formasi utama yang kami tampilkan. Tahun ini komposisinya, 40 persen formasi, 30 persen tata gerak, dan sisanya kostum," kata dia.
Tahun ini untuk kostum 1.314 penari masih baru dipakai. Formasi awal setelah penari-penari gandrung berbaris keluar, membentuk formasi ombak. Ini sebagai tanda keluarnya Brengos Prodo yang merupakan penguasa Rajegwesi.
Setelah itu, formasi kedua berbentuk bunga. Ini memiliki filosofi Banyuwangi merupakan daerah pertanian yang banyak lumbung padi, melambangkan kesuburan.
Formasi ketiga membentuk benteng. Penari-penari gandrung menutupi tubuhnya dengan selendang merah. Ini menggambarkan filosofi para pejuang berani dan siap bertempur melawan penjajah.
"Benteng merah menunjukkan para pejuang siap dan berani untuk bertempur," kata Julaidi sambil menambahkan formasi terakhir seluruh penari gandrung berkumpul dan kembali membentuk bunga.
Pimpinan Forpimda Banyuwangi di antaranya Wakil Bupati, Kapolres, Ketua DPRD dan tamu undangan, berada di tengah dengan mengepakkan kipas berwarna kuning sebagai kelopak. Formasi ini menggambarkan persatuan yang bisa mengalahkan apapun.
Gandrung Sewu kali ini berjudul ‘Seblang Lukinto,' menceritakan perjuangan melawan VOC. Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata Banyuwangi M Y. Bramuda mengatakan, Seblang Lukinto, menyuguhkan tarian gandrung yang mengisahkan perjuangan rakyat Blambangan melawan penjajah Belanda pada masa 1776-1810.