Intan Tunggu Tabungannya Rp 150 Juta Baru Pensiun dari PSK Sunan Kuning
Para PSK di kawasan SK telah menyadari bahwa mereka tidak akan selamanya menjajakan diri demi memuaskan pria hidung belang.
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Pemerintah telah menargetkan Indonesia bebas dari prostitusi pada 2019 mendatang.
Secara bertahap, pemerintah akan mulai menutup tempat-tempat yang dijadikan praktik prostitusi di berbagai daerah.
Wacana itu muncul ketika Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa menetapkan Indonesia Bebas Lokalisasi pada 2019.
Targetnya 99 lokalisasi di Indonesia akan ditutup. Di Kota Semarang masih terdapat Resosialisasi Argorejo atau yang dikenal dengan Lokalisasi Sunan Kuning (SK).
Rencana penutupan lokalisasi sudah diantisipasi para pekerja seks komersial (PSK) yang menggantungkan hidup dari jasa esek-esek tersebut.
Para PSK di kawasan SK telah menyadari bahwa mereka tidak akan selamanya menjajakan diri demi memuaskan pria hidung belang.
Seiring bertambah waktu, mereka pun akan menua dan tidak diminati lagi.
"Saya sadar, suatu saat harus berhenti. Tidak selamanya disini. Makanya saya menabung," kata seorang PSK, sebut saja Intan (32), kepada Tribun Jateng (Tribunnews.com Network), Kamis (3/3/2016).
Saat ditemui, Intan sedang menyerahkan uang hasil jerih payahnya selama beberapa hari kepada seorang wanita yang merupakan pengurus kawasan SK, untuk ditabung.
Dari buku tabungannya itu, terlihat angka saldo yang cukup lumayan yaitu Rp 32 juta.
"Targetnya tabungan saya harus sampai Rp 150 juta, baru pulang dan berhenti dari sini. Uang itu saya pakai modal usaha," tutur wanita yang mengaku berasal dari Kabupaten Semarang ini.
Ketika memutuskan untuk pulang dan berhenti sebagai PSK, Intan ingin membuka usaha salon kecantikan.
Untuk mewujudkan keinginannya itu, Intan telah mengikuti beberapa pelatihan baik yang dilakukan di dalam SK maupun belajar dari temannya yang sudah memiliki usaha salon.
Modal tersebut, sudah diperhitungkan. Intan yang sudah memiliki tempat dimana salon itu akan dibuka, hanya membutuhkan modal untuk membeli perlengkapan dan peralatan saja.
Diperkirakan, hal itu akan menghabiskan biaya sekitar Rp 50 juta sampai Rp 80 juta.