Hukuman Mati
Terpidana Mati Tran Thi Bich Hanh Minta Ditembak Mati di Negaranya
Seorang mentor kesenian sekaligus sahabat dekat terpidana mati Tran, Shinta Kusumawardhani mengisahkan, Tran merupakan sosok yang pantang menyerah.
Laporan Wartawan Tribun Jateng, A Prianggoro
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Seorang mentor kesenian sekaligus sahabat dekat terpidana mati Tran Thi Bich Hanh, Shinta Kusumawardhani mengisahkan, Tran merupakan sosok yang pantang menyerah.
"Saya mengajar dia bermain drama saat di dalam Lapas Bulu Semarang pada tahun 2013-2014. Saat itu dia bilang kalau sedang mengusahakan vonis humanan matinya menjadi hukuman seumur hidup, dia sempat berkata kalau tidak mau mati," kata Shinta kepada Tribun Jateng, Jumat (16/01/2014).
Shinta menceritakan, Tran selama di sel tekun belajar menjahit tas, dompet, hingga pakaian robek. Keahliannya itu yang kemudian membuat Tran mendapat penghasilan selama di balik jeruji besi.
"Teman-temannya di lapas sering menjahitkan berbagai jenis pakaian dan pernah-pernik ke dia, per item Rp 7 ribu. Dari situ dia dapat uang untuk membeli sampo, sabun, dan kebutuhan lain," ujar Shinta.
Shinta mengungkapkan, Tran pernah bercerita bila dirinya sudah memiliki tiga orang anak di Vietnam. Kepada Shinta, Tran juga menceritakan bila dirinya sekolah dan bergelar master komunikasi serta pernah bekerja sebagai seorang wartawan selama 5 tahun di sebuah surat kabar di Vietnam.
"Namun karena gajinya seorang wartawan kecil, dia pindah ke Hongkong dan di sana mulai bekerja di sebuah perusahaan. Tetapi rupanya dia masih mengalami kesulitan ekonomi hingga akhirnya terjerumus jadi kurir narkoba. Ia mengaku mendapat upah Rp 60 juta setiap kali mengirim narkoba," terang Shinta yang merupakan seorang jurnalis di sebuah stasiun radio swasta.
Setelah tertangkap, menurut Shinta, Tran menyadari kesalahannya dan tidak mau menyesal berkepanjangan. Tran menyatakan siap menanggung resiko atas pekerjaannya sebagai kurir narkoba.
Tran sadar betul bila konsekuensi atas mata pencariannya tersebut. Saat itu, kepada Shinta, Tran mengaku siap dihukum mati.
"Aku siap mati. Tetapi tolong jangan hukum saya di sini namun tembak mati saya di negara saya," kata Shinta menirukan ucapan Tran. (tribun jateng/ape)