Berita Eksklusif Jawa Timur
Prof Djoko 18 Tahun Pelototi Daun Teh Hijau
”Dibanding anggur merah, kandungan antioksidan daun teh juga dua kali lipat lebih banyak. Di Indonesia kan tidak banyak anggur merah, yang banyak keb

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Teh hijau ternyata memiliki khasiat menyembuhkan HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus-Acquired Immune Deficiency Syndrome).
Rahasia besar ini terungkap berkat kerja cemerlang para peneliti di Institute of Tropical Desease (ITD) dan Universitas Airlangga (UA).
Dari uji pre-klinis ini, Prof Djoko Agus Purwanto sangat yakin obat berbahan daun teh hijau akan menjadi masa depan penyembuhan HIV/AIDS.
Dalam waktu dekat, formula ini akan diujicobakan pada tubuh kera, sebelum dilanjutkan tahap uji coba pada relawan penderita HIV/AIDS.
Butuh waktu 18 tahun bagi Prof Dr Djoko Agus Purwanto untuk sampai pada kesimpulan bahwa daun teh hijau dapat dipakai sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit HIV/AIDS.
Guru Besar Kimia Farmasi Unair ini menemukan fakta bahwa daun teh hijau dapat dipakai untuk obat penyembuhan kanker pada penelitian pertamanya, 1996. Sejak itu, ia mulai jatuh hati terhadap daun teh.
Berbagai riset lanjutan pun dilakukan. Hasilnya membuat Djoko semakin terkagum-kagum. Semakin banyak saja khasiat teh yang berhasil dikenalinya.
Ia mencontohkan, kandungan antioksidan dalam daun teh mencapai 100 kali lebih banyak dibandingkan vitamin C dan 25 kali lebih banyak ketimbang vitamin E.
”Dibanding anggur merah, kandungan antioksidan daun teh juga dua kali lipat lebih banyak. Di Indonesia kan tidak banyak anggur merah, yang banyak kebun teh. Jadi, ini juga bisa jadi keunggulan tersendiri,” jelas Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unair itu.
Dari risetnya, Djoko melihat kandungan daun teh berupa epigalokatekin galat (EGCG) punya khasiat mengobati berbagai penyakit degeneratif, seperti kanker.
Zat yang merupakan senyawa tanin katekin itulah yang kemudian dikembangkan lagi.
Lewat riset pada 2012, ia menemukan zat itu berpotensi untuk mengobati TBC dan HIV/AIDS.
“Kandungan teh hijau itu bisa untuk pencegahan, sekaligus pengobatan HIV,” katanya.
Khusus untuk HIV, Djoko tak meneliti sendirian. Ia dibantu Prof Nasronudin serta Dr Retno Puji Astuti drg MKes, peneliti laboratorium HIV di Tropical Disease Center (TDC).
Mereka mengekstraksi teh menjadi dua bentuk. Pertama, hanya diambil EGCG-nya. Sedangkan kedua, tetap dalam bentuk ekstrak.