Bebaskan Malang Dari Macet
Kemacetan Semakin Parah Saat Libur Panjang
“Saya menggunakan mobil selalu malam hari, kalau suasana jalan sudah sepi. Kalau masih ramai, sama saja niat masuk dalam kemacetan,” katanya.

"Resiko lain, ban jadi sering bocor tertusuk paku atau potongan besi runcing. Paling tidak, dua minggu sekali pasti mampir ke tukang tambal ban.” tuturnya.
Sementara Sukmawan (35), yang juga warga Singosari, mengaku malas menggunakan mobil.
Sebab, kemacetan yang luar biasa, membuat mobil menjadi sarana transportasi yang sangat tidak efekif.
“Saya menggunakan mobil selalu malam hari, kalau suasana jalan sudah sepi. Kalau masih ramai, sama saja niat masuk dalam kemacetan,” katanya.
Kemacetan paling parah terjadi saat sore hari, terutama saat pulang pabrik.
Karyawan sejumlah perusahaan pulang bersamaan, dan langsung tumpah di Jalan Raya Singosari.
Sukmawan paling menghindari hari Sabtu dan Minggu. Sebab, saat akhir kemacetan sangat parah dan terjadi hingga menjelang malam.
Sukmawan menggambarkan kemacetan akhir pekan, bisa membuat pengguna mobil membusuk di jalan.
“Iso bosok (membusuk) di jalan kalau berani pakai mobil di Hari Sabtu dan Minggu," katanya.
Jika pun terpaksa menggunakan mobil, Sukmawan akan memilih jalan memutar menuju Kecamatan Jabung, Pakis, baru ke Kota Malang.
Jalur ini relatif sepi, namun jauh memutar dan melewati jalan di tengah kawasan perkebunan tebu.
“Masalahnya jalan itu sering terjadi kasus kriminal. Kalau terlalu malam sangat berisiko,” ungkapnya.
Namun untuk pergi ke arah utara, menuju Pasuruan atau Surabaya tidak ada alternatif lain.
“Kalau terpaksa harus ke utara dengan mobil, siap-siap mental saja terjebak kemacetan,” pungkas Sukmawan. (day/idl/ben)