Kamis, 2 Oktober 2025

I Komang Sudiana, Simpan Ratusan Senjata Peninggalan Kerajaan Bali

"Saat kecil saya sering membuat keris dari kayu. Pertama kali punya keris saat wisata ke Prambanan. Meski hanya suvenir, itu tetap kebanggaan," kata

zoom-inlihat foto I Komang Sudiana, Simpan Ratusan Senjata Peninggalan Kerajaan Bali
Net
KOLEKTOR KERIS- I Komang Budiana bersama berfoto bersama istri dan anaknya, Rabu (11/6). Ia memegang sebuah keris dari kerajaan Buleleng berdaphur Carubuk luk 7.

TRIBUNNEWS.COM,DENPASAR - I Komang Sudiana tak mau melihat keris dari seberapa mahal harganya.

Sebagai seorang kolektor ia tahu kualitas keris tidak ditentukan dari hal itu.

Pengetahuan dan hobi Sudiarta dalam dunia keris mengantarnya menjadi tokoh dalam buku Keris Bersejarah yang dikeluarkan Neka art Museum 2010 lalu.

Kecintaan Sudiana pada keris sudah sejak ia berumur tujuh tahun.

Itu disebabkan ia sering melihat keris pusaka peninggalan zaman Majapahit yang disimpan di rumahnya.

Tahun 1993 saat ia ikut study tour sekolahnya SMAN 5 Denpasar ke Candi Prambanan untuk kali pertama ia membeli keris.

"Saat kecil saya sering membuat keris dari kayu. Pertama kali punya keris saat wisata ke Prambanan. Meski hanya suvenir, itu tetap kebanggaan," ujarnya.

Saat ini keris yang tertata rapi di museum kecil di rumahnya lebih dari 250 buah.

Sembilan puluh persen koleksinya itu adalah peninggalan kerajaan di Bali. Tidak hanya keris, terdapat juga tombak, pedang dan tulup.

Keberadaan beberapa buah keris itu tidak terlepas dari kebaikan Pan Rajin dari Jeleka, seorang pembuat keris yang tidak keberatan kerisnya dibeli dengan cara dicicil.

"Kecintaan pada keris tapi tidak didukung ekonomi. Sebab itu, sering nyicil," ungkapnya.

Pria yang melakukan pameran pertamanya di Art Center pada 1997 ini menyayangkan banyak pusaka leluhur diadopsi warga negara asing. Menurut dia, hal itu disebabkab banyak warga Bali yang tidak memahami keris.

Agar warga Bali paham, ia  membuka museum pribadinya untuk umum. Datang ke sana, selain mendapat pengetahuan tetang keris, juga mendapat minyak pusaka gratis.

Saat ini rumahnya sering kedatangan tamu yang belajar tentang keris. Tak hanya dari Bali, dari luar pulau pun banyak.

Belum lama ini Sudiana ketamuan rombongan siswa dan para guru sebuah SMK dari Surakarta, Jawa Tengah. Sudiana juga aktif menyosialisasikan keris pada wisatawan.

Bukan hanya itu, kolektor keris ini juga tak pelit meminjamkan kerisnya untuk kostum pengantin.

Sebab Sudiana melihat pengantin dan prajuru adat menggunakan keris tidak sepatutnya dipakai.


"Keris merupakan pusaka sakral. Tidak boleh sembarangan memilih dan menggunakannya. Karena itu, siapapun membutuhkan keris, saya pinjami," ujarnya saat diwawancarai Tribun Bali di rumahnya di kawasan Tebongkang, Ubud, Rabu (11/6/2014).

Kecintaan Sudiana pada keris juga membuatnya turun langsung membina para pande keris sejak 2004 lalu. Ayah dua anak, suami Ni Made Rumiati ingin menularkan pengetahuannya kepada para pembuat keris masa kini.

"Pada zaman penjajahan Jepang, membuat keris dilarang. Sehingga beberapa periode sempat terputus. Saat ini ada pembuat keris, tapi melenceng dari tata titi dharma kepandaian (metode pembuatan keris). Karena itu saya tergerak menyosialisasikan pembuatan keris yang bagus," ungkapnya.

Memang keris, bagi Sudiana, bukan sekedar soal kesenangan dan pengetahuan, Ia merasa keberadaan keris di rumahnya dapat memberi energi positif dan negatif, tergantung bagaimana pemilik memperlakukan kerisnya. Sudiana sudah sering membuktikan hal itu.

"Dulu ada teman yang punya keris, tapi tidak dirawat. Alhasil keluarganya kacau. Setelah itu saya usulkan agar dia merawat kerisnya, keadaan keluarga itu pun berubah 100 persen," ungkapnya. ( I Wayan eri gunarta)    

Sumber: Tribun Bali
Tags
keris
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved