Sabtu, 4 Oktober 2025

Murid SD Sudah Terkontaminasi Perilaku Seks Bebas Remaja

Pergaulan bebas seperti free sex di kalangan remaja semakin memprihatinkan dan mengkhawatirkan.

Editor: Sanusi

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Pergaulan bebas seperti free sex di kalangan remaja semakin memprihatinkan dan mengkhawatirkan.

Temuan kasus oleh Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Jawa Barat seperti perdagaan bayi, pembuangan bayi dan kasus pelecehan mengindikasikan adanya perilaku seks bebas di kalangan remaja.

Menurut Sofiana Indraswari M Psi, dari Divisi Psikologi Remaja dan Dewasa Firdaus Many yang juga Tim Psikolog P2TP2A Jabar, kemajuan zaman berkonsekuensi pada kasus-kasus yang terjadi di kalangan remaja.

"Kasus yang bisa ditemui seperti seks bebas, aborsi, pelacuran dan permasalahan seksual. Dari klien yang datang, banyak di antaranya dari remaja yang sedang galau," katanya saat memberikan pemaparan pada acara Sarasehan Perempuan Jawa Barat Menyambut Tantangan Perempuan "Save Our Generation From Free Sex" di Aula Unisba Bandung, Sabtu (22/3/2014).

Menurutnya, masalah besar remaja adalah krisis identitas diri. Dari hasil observasi tentang seks bebas di kalangan remaja, alasan mereka melakukan hal tersebut karena tidak tahu atau hanya ikut-ikutan atau sekadar coba-coba.

Dari hasil penelitian terhadap remaja di salah satu kecamatan dengan seks bebas cukup tinggi, timnya mendapatkan jawaban yang memprihatinkan. Banyak remaja yang memberikan jawaban seperti: "Awalnya biasa, tapi lama-lama jadi biasa karena banyak yang ngelakuin hal yang sama".

Ada juga tanggapan "Free seks, kalau sampai ngelakui ML kayak suami istri. Tapi kalau hanya foto aja mah  engga apa-apa". Bahkan ada yang menanggapi: "Coba-coba awalnya kaget, lama-lama jadi ketagihan" dan "Lumayan buat nambah-nambah uang harian, buat beli HP kayak teman-teman lainnya".

"Jawaban-jawaban ini tentu sangat memprihatinkan dan mengkhawatirkan," kata Sofiana.

Bukan hanya itu, kata dia, perilaku seks bebas sudah ada yang dilakukan sejak SMP. Dan ada guru yang melaporkan melihat muridnya yang masih tingkat SD sudah melakukan hal-hal yang menjurus perilaku seksual.

Untuk itu, orangtua maupun keluarga terdekat harus bisa mendeteksi atau melihat sinyal-sinyal seperti reaksi emosi yang tidak biasa. Orangtua harus peka dengan gejala-gejala anak mulai uring-uringan, emosi susah untuk dikendalikan, serta muncul perilaku yang sulit dikendalikan.

"Orangtua harus bisa ambil peran, harus pandai-pandai. Jangan ambil posisi menghakimi, agar anak tidak mengambil pelarian lain," katanya.

Sementara itu, menurut Ketua P2TP2A Provinsi Jawa Barat, Netty Prasetiyani Heryawan, adanya temuan empiris P2TP2A beberapa bulan ke belakang, seperti kasus penelantaran bayi, penjualan bayi, temuan bayi di saluran air, serta kasus pelecehan seksual memang tidak lantas menggambarkan perilaku free sex. Namun dari kasus-kasus temuan tersebut bisa mengindikasikan adanya dugaan ke arah free sex.

"Seperti temuan pembuangan bayi di aliran air di Kircon belum lama ini, bisa mengindikasikan bayi lahir dari pasangan yang tidak biasanya, yang tidak menginginkan bayi. Mereka pasangan yang belum menikah," katanya.(tif)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved