Kamis, 2 Oktober 2025

Waspada Obat Palsu Tersebar di Jabar

Masyarakat sebaiknya waspada saat membeli obat. Sepanjang tahun ini saja, sekitar 17 ribu obat palsu ditemukan beredar

Editor: Hendra Gunawan
zoom-inlihat foto Waspada Obat Palsu Tersebar di Jabar
Kompas.com
Ilustrasi

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Masyarakat sebaiknya waspada saat membeli obat. Sepanjang tahun ini saja, sekitar 17 ribu obat palsu ditemukan beredar di pasaran oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM).

Direktur Pengawasan Distribusi Obat Terapetik dan PKRT BBPOM, Ratna Irawati, mengatakan tingginya peredaran obat palsu karena besarnya permintaan dari masyarakat terhadap obat.

"Karena itu, sejak Februari lalu sudah kami canangkan agar masyarakat sadar bahaya obat palsu melalui gerakan nasional waspada obat dan makanan ilegal (GN WOMI). Masyarakat harus paham terhadap obat yang akan dikonsumsi. BBPOM punya peran untuk mengawasi dan kami telah memiliki Badan POM di 31 provinsi di Indonesia," ujar Ratna kepada wartawan di sela-sela grand opening 45 gerai Apotek K-24 di Cinunuk, Senin (25/11/2013).

Tahun 2009 silam, ujarnya, nominal peredaran obat tanpa izin dan palsu mencapai Rp 243 miliar. Sebanyak Rp 121 miliar di antaranya merupakan obat ilegal. Sedangkan pada 2010, menurun menjadi Rp 46 miliar dengan Rp 36 miliar di antaranya disebabkan obat ilegal.

"Namun, pada tahun 2011 peredaran obat palsu mengalami peningkatan kembali mencapai Rp 67 miliar. Tahun 2012 meningkat lagi mencapai Rp 91 miliar," katanya.

Selain melakukan razia ke sejumlah toko obat, pihaknya pun melakukan operasi pangea atau melakukan pelacakan di sejumlah situs internet. Pada tahun 2012 peredaran obat palsu di internet mencapai Rp 7,4 miliar.

"Peredaran di internet memang cukup sulit untuk ditertiban. Namun kami berupaya untuk menutup situs-situs penjual obat ilegal," ujarnya.

Untuk menekan maraknya peredaran obat yang membahayakan kesehatan, BBPOM juga telah membentuk Satgas Pengawas Obat dan Makanan. Pembentukan satgas agar bisa melakukan pencegahan dan penegakan hukum.

Kepala Badan POM Bandung, Suprianto, mengatakan keberadaan obat palsu memang marak di wilayah Jawa Barat. BPOM Bandung, ujarnya, tidak bisa memastikan berapa jumlah obat palsu yang beredar. Pasalnya penjualan obat akan berbeda-beda setiap bulannya tergantung dari penyakit yang banyak bermunculan.

"Munculnya obat tak berizin dan palsu disebabkan masyarakat tidak memahami kandungan dari obat tersebut. Apalagi masyarakat di pedesaan yang mayoritas asal makan obat," ujar Suprianto.

Beberapa waktu lalu, ujarnya, BPOM sempat menemukan obat salah satu merk obat di Kabupaten Sukabumi. Obat ini ditulis sebagai obat reumatik, namun tidak dijelaskan kandungan di dalam obatnya.

"Alamat perusahaan yang membuatnya pun tidak jelas. Masyarakat juga harus melek terhadap komposisi di dalam obat itu. Jangan sampai asal membeli obat," katanya.

Obat yang terdiri dari beberapa kapsul tersebut akan membawa efek segar terhadap badan. Namun dalam jangka waktu lama akan menimbulkan efek kurang baik bagi badan. Bahkan bisa menyebabkan kerusakan pada lambung.

Direktur Utama PT K-24 Indonesia Gideon Hartono mengatakan berkomitmen untuk menjual produk asli dan bermanfaat bagi masyarakat.

"Kami hanya menjual obat yang asli yang didapatkan dari suplier terpercaya. Jika masyarakat ingin mengetahui keaslian obat itu bisa ditanyakan kepada apoteker di sini. Walau tidak dibeli di sini, apoteker kami akan melayani. Karena kami mendukung gerakan pencegahan obat palsu," ujarnya. (aa)

Sumber: Tribun Jabar
Tags
BBPOM
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved