Kamis, 2 Oktober 2025

Bandar Kupon Putih Menangis dalam Sel Ingat Istri Sedang Hamil

Bila tidak memikirkan anak, istri dan orangtua yang dibawa polisi, saya sebenarnya sudah lari ke Bali atau Jawa

Editor: Hendra Gunawan
POS KUPANG/EGY MOA
Kapolres Manggarai, AKBP Tony Binsar, S.H, S.IK (tengah), tersenyum memperlihatkan uang tunai Rp 46,2 juta hasil operasi judi kupon putih di Kampung Dalo, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Rabu (25/9/2013). Di sebelah kiri Wakapolres Manggarai, Kompol I Ketut Sumendra, dan Kasat Reskrim Iptu Edy, S.H (kanan). 

Laporan Wartawan Pos Kupang, Egy Moa

TRIBUNNEWS.COM, RUTENG--Florianus Asmun (39), bandar  perjudian kupon putih (KP) beromset  Rp 1,3 miliar mengaku kapok tinggal di dalam terali penjara, Mapolres Manggarai. Setiap waktu dia menangis mengingat putranya yang  berusia 3,5 tahun dan istrinya Agnes Ganu yang sedang hamil.

"Bila tidak memikirkan anak, istri dan orangtua yang dibawa polisi, saya sebenarnya sudah lari ke Bali atau Jawa.  Polisi tak akan bisa menemukan saya lagi. Tapi mendengar anak dan istri saya menangis memanggil saya, saya tidak kuat. Lebih  baik saya menyerahkan diri saja. Saya yang justru membuat mereka jadi susah," tutur Flori, kepada wartawan Sabtu siang  (28/9/2013 di ruang kerja Kasat  Reskrim Polres Manggarai. Hari Kamis  (26/9/2013) pukul 02.00 Wita, Flori menyerahkan diri ke Mapolres Manggarai diantar Kepala  Desa Compang Dalo.

Ketika polisi datang ke  Kampung Dalo,  Kecamatan Ruteng, menangkapnya, Flori  berada di rumah gendang (adat). Seorang tukang ojek  menyarankannya lari dan sembunyi di kompleks pekuburan kampung. Dia menurutinya ketika polisi gerebek rumahnya, Rabu siang  (25/9/2013), pukul 15.00 Wita. Dia baru berani kembali ke rumahnya pukul 19.00 Wita, mendapati rumahnya sudah kosong.

"Saya tidak tahan dengar telepon istri dan anak menangis. Saya berpikir saya harus segera menyerahkan diri kepada polisi. Malam itu, saya bawa satu botol bir (adat Manggarai) minta maaf kepada polisi. Saya sayang kepada anak dan istri saya. Saya mengajarkan dia supaya  sekolah dan jadi manusia. Bapak juga marah ketika pertama kali saya main  judi dan kemudian jadi bandar. Mereka tidak terlibat sama sekali," kenangnya.

Berada di dalam tahanan, diakui Flori, sangat sengsara.  Kebebasan dibatasi  tembok dan pintu besi. "Saya satu sel dengan pelaku korupsi, dua orang petugas koperasi harian yang gelapkan uang nasabah Rp 70-an juta. Saya tanya ke mana uangnya, mereka tidak tahu. Bodoh sekali mereka," kata Flori,  mengundang senyum Kasat Reskrim Iptu Edy, S.H.

Flori sudah tekad berhenti total dari segala bentuk judi.  Tekad itu  akan dituangkanya dalam pernyataan  'hitam di atas putih' kepada polisi.  Kelak bebas,   dia ingin alih profesi mengolah sawah dan memelihara sapi. "Warisan sawah orangtua masih luas. Kami juga punya banyak sapi. Saya juga mau  ternak ayam," ujar pria yang hanya drop out (DO) SLTA ini. *

Sumber: Pos Kupang
Tags
perjudian
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved