Kamis, 2 Oktober 2025

Esksotisme Budaya Suku Batin IX, Meminang Putri Lewat Seloko dan Pantun

Arus modernisasi yang cukup deras telah menggerus budaya lokal. Tak terkecuali budaya Suku Anak Dalam

Editor: Hendra Gunawan

TRIBUNNEWS.COM, JAMBI -- Arus modernisasi yang cukup deras telah menggerus budaya lokal. Tak terkecuali budaya Suku Anak Dalam (SAD) Batin IX yang sangat unik dan eksotis. Suku ini diperkirakan telah mendiami Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah sejak abad ke-10.

SUKU yang namanya didasarkan pada penyebaran keturunannya pada sembilan anak sungai ini memiliki budaya yang cukup unik nan eksotis. Satu diantara keunikan itu terlihat dalam prosesi lamaran, yang dalam istilah suku batin IX disebut sirih pinang.

Prosesi sirih pinang yang sudah sangat jarang dilakukan itu terlihat di kediaman Abun Yani, Sabtu (8/6/2013). Belasan orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan datang ke kediamannya, yang berada di Desa Kilangan, Kecamatan Muara Bulian, Batanghari.

Mereka menggunakan pakaian rapi. Seorang di antaranya menggunakan mangguto (penutup kepala yang ujungnya runcing), yang dikenakan pria yang usianya sudah paruh baya. Ia lalu mengucapkan salam kepada tuan rumah. "Assalamualaikum," kata pria itu di depan rumah. "Walaikum salam," jawab Abun Yani dari dalam rumah. Ia tidak langsung mempersilakan tamunya itu masuk.

Tamu itu lalu menyampaikan maksud kedatangannya. Namun isinya tidak secara langsung melainkan maksud tersirat. Pengungkapannya pun bukan dengan komunikasi biasa, tetapi lewat seloko (seloka) dan pantun. Tuan rumah membalas semua pantun dari tamunya itu.

Abun Yani kemudian mempersilakan tamunya itu masuk lewat pantun yang indah. Tamu itu menunjukkan sirih dan rokoh dalam sebuah kotak, lalu semua yang ada di rumah agar menikmatinya.

Abun Yani pun membuka sebuah kotak yang ternyata juga sirih dan rokok. Ia juga turut menawarkan kepada semua yang di rumah agar menikmatinya. Keluarga Abun Yani kemudian menghidangkan makanan dan minuman untuk disantap bersama dengan tamu yang datang itu.

Itulah tradisi Suku Batin IX. Terlebih dahulu menjalin keakraban sebelum ungkapkan maksud dan tujuannya. Suku ini juga sangat menghargai tamunya dengan mengajak mereka menikmati hidangan seadanya. Tamu yang hadir akan dianggap memiliki niat yang baik.

Usai menikmati hidangan itu, tibalah saat bagi tamu mengungkapkan maksud kedatangan. Juru bicara tamu itu menyebut mereka mendengar empunya rumah memiliki seorang anak gadis. Ia menanyakan apakah anak gadis itu sudah dijodohkan dengan seseorang. "Maksud kami nak menyemendolah di siko," ucapnya.

Pernyataan itu memiliki makna anak laki-lakinya ingin menjadi menantu di rumah itu. Tamu itu mengenalkan seorang jejaka yang bermana Erwan, yang sudah siap menjadi semendo untuk keluarga Abun Yani.

Abun tidak langsung menjawab anak gadisnya sudah memiliki tunangan atau belum. Ia menjawab bahwa dia dan istrinya belum menjodohkannya. Namun itu belum kepastian bahwa anak gadisnya belum dijodohkan, sebab yang memiliki hak waris bukan hanya dirinya.

Dalam budaya SAD Batin IX, orangtua hanya sebagai pemilik anak, namun yang memiliki hak atas anak itu juga termasuk adik dan kakak dari pihak suami dan pihak istri. Abun menanyakan ke keluarga besarnya apakah ada diantaranya telah menjodohkan anaknya.

Setelah semuanya menjawab bahwa anak gadis itu belum dijodohkan, akhirnya disampaikan kepada pihak keluarga yang ingin melamar anaknya, bahwa putrinya belum punya ikatan dengan siapapun. Pernyataan itu langsung disambut gembira oleh tamu tersebut.

Proses itu dalam istilah Batin IX disebut sirih tanyo, yang merupakan bagian dari sirih pinang. Ada dua bagian lainnya dalam sirih pinang, yakni sirih tando dan sirih hantar adat. Biasanya, beberapa hari setelah sirih tanyo baru diadakan sirih tando.

Namun saat ini, antara sirih tanyo dengan sirih tando sudah dilakukan bersamaan pada kesempatan yang sama. Hal itu tidak lepas dari perubahan zaman, yang membuat manusia saat ini semakin disibukkan dengan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari.
Sirih tando bisa dikatakan bentuknya seperti proses pertunangan. Calon semendo akan memberikan cincin kepada keluarga perempuan. Cincin itu menjadi pengikat perjanjian diantara kedua belah pihak. Kedua belah pihak membuat kesepakatan menjaga anaknya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved