Kamis, 2 Oktober 2025

Tasripin Ingin Kembali ke Sekolah

Tasripin (12), Dandi (7), Riyanti (6), dan Daryo terlihat gembira karena bisa menginap di hotel.

Editor: Gusti Sawabi
zoom-inlihat foto Tasripin Ingin Kembali ke Sekolah
Kompas.com
Tasripin dan ketiga adik yang dia tanggung hidupnya

Tribunnws.com - Empat bocah kecil tampak canggung ketika baru memasuki Hotel Wisata Niaga di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu (17/4).

Mereka baru pertama kali menginjakkan kaki di hotel. Kendati demikian, Tasripin (12), Dandi (7), Riyanti (6), dan Daryo terlihat gembira karena bisa menginap di hotel.

Tasripin dan adik-adiknya "diungsikan" karena rumah mereka sedang direhab.

Rumah kayu ukuran 5x6 meter itu ada di Dusun Pesawahan, Desa Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok, Banyumas.

Anggota TNI Komando Resor Militer 071 Wijayakusuma dan Komando Distrik Militer 0701 Banyumas mulai Kamis (18/4) memperbaiki rumah tersebut.

Kediaman Tasripin dan adik-adiknya itu terdiri atas tiga ruangan, yakni ruang tamu, ruang tidur, dan dapur.

Mereka berempat tinggal sendirian di rumah itu karena sang ibu, Sutinah (37) meninggal dunia dua tahun lalu akibat tertimpa batu saat menjadi buruh penambang pasir di desanya.

Sementara sang ayah, Kuswito (41), bersama anak sulungnya, Natim (21), pergi ke Kalimantan untuk bekerja sebagai buruh di perkebunan kelapa sawit sejak lima bulan lalu.

Meskipun setiap bulannya Kuswito selalu mengirimkan uang sebesar Rp500 ribu hingga Rp600 ribu untuk Tasripin dan adik-adiknya, uang tersebut tidak mencukupi kebutuhan mereka berempat.

"Uang yang dikirim Bapak langsung saya gunakan untuk membayar utang di warung. Kebetulan ada warung yang bersedia memberi pinjaman dahulu, seperti beras sebanyak 15 kilogram untuk kebutuhan seminggu dan bumbu dapur," kata Tasripin.

Kalau uang itu masih tersisa, kata dia, digunakan untuk membeli sayuran. Namun, jika habis, terpaksa makan nasi campur garam.

Karena harus memenuhi kebutuhan hidup adik-adiknya, Tasripin yang putus sekolah sejak kelas tiga SD Negeri Sambirata dan masih menunggak biaya sekolah sekitar Rp100 ribu, berupaya mencari nafkah dengan menjadi buruh tani.

"Saat panen kemarin, saya jadi buruh panen pagi. Hasilnya lumayan meskipun hanya berupa gabah sebanyak 22 kilogram," katanya.

Dia mengaku mengerjakan apa saja yang penting halal demi memenuhi kebutuhan Dandi dan Riyanti yang juga telah putus sekolah serta Daryo yang masih duduk di bangku pendidikan anak usia dini (PAUD).

"Kadang saya jadi buruh panggul gabah seberat 15--20 kilogram ke penggilingan padi dengan berjalan kaki menanjak sejauh 1 kilometer dan mendapat upah sebesar Rp10 ribu--Rp20 ribu. Kalau dimintai tolong jaga sawah, saya mendapat upah sebesar Rp50 ribu selama satu minggu," katanya.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Tags
tasripin
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved