Santri Lapor Diperkosa Pimpinan Pesantren di Blitar
Dari keterangan korban sementara, korban mengaku telah diraba-raba tubuhnya.

Namun korban tak menjawab. Malah langsung menangis dan masuk kamar. Baru esoknya, 28 Januari, korban tanpa ditanya ibunya, langsung bercerita yang dialami selama ini.
Katanya, ia tak mau balik lagi ke rumah kiainya karena selama ini dipaksa melayani nafsu bejat terlapor.
"Bu, saya nggak balik karena di sana (di pesantren), saya selalu diajak tidur abah--panggilan terlapor," aku korban yang ditirukan Zakaria.
Mendengar cerita anaknya, ibunya bak disambar petir di siang bolong. Namun karena buta hukum terhadap kasus seperti itu, ibunya tak ada niatan memperkarakan. Berikutnya, ibunya dengan mengajak keponakannya, Zakaria, datang ke pesantren itu.
Maksudnya, bukan mau minta pertanggungjawaban kiai namun hanya mengambil pakaian anaknya. Akhirnya, Zakaria curiga dengan gelagat korban yang mendadak tak mau balik ke pesantren.
Setelah tahu masalah yang sebenarnya, ia mengadu ke LSM dan disarankan lapor ke polisi. Bersamaan itu, Zakaria mengaku kalau dirinya berkali-kali ditelepon terlapor. Bahkan, Senin itu, menurut Zakaria, terlapor terus menghubunginya.
Intinya, selain mengajak damai, juga mengaku tak sampai meniduri korban, hanya disayang saja. "Saya berkali-kali ditelpon abah. Intinya saya disuruh datang ke pesantren untuk diceritakan masalah yang sebenarnya. Namun saya nggak mau," ujar Zakaria.
Namun Senin siang, Surya berusaha menemui kiai di pesantrennya tak berhasil. Menurut santrinya, Andik Susanto (25), kiainya mulai pagi tak ada di rumah karena lagi bepergian ke Kediri dan baru pulang sore. Andik juga mengaku kenal dengan korban.
Menurutnya, korban tak tinggal bersama para santri lainnya, namun tinggal di rumah kiainya. "Saat ini anaknya masih liburan di rumah. Di sini ia tinggal di dalem -sebutan rumah kiai," ujar Andik yang mengaku tak tahu apa-apa soal kasus itu.
Di pesantren itu memiliki santri 80 orang, 50 santri perempuan dan 30 santri laki.