Jumat, 3 Oktober 2025

Santri Lapor Diperkosa Pimpinan Pesantren di Blitar

Dari keterangan korban sementara, korban mengaku telah diraba-raba tubuhnya.

zoom-inlihat foto Santri Lapor Diperkosa Pimpinan Pesantren di Blitar
surya/imam hidayat
Santri mengaku diperkosa pimpinan pesantren di Blitar dan melapor ke pihak kepolisian

Laporan dari Imam Taufiq wartawan surya

TRIBUNNEWS.COM,BLITAR - Ma (60), kiai yang memimpin sebuah pesantren di Kecamatan Talun, terancam berurusan dengan Polres Blitar karena dilaporkan santrinya melakukan pemerkosaan, Senin (4/2/2013).

Korbannya, Menik (bukan nama sebenarnya) lapor ke PPA didampingi saudara sepupunya, Zakaria (20) dan LSM. Di hadapan penyidik, gadis berusia 15 tahun asal Kecamatan Garum ini mengaku telah disetubuhi kiainya.

Ngadiman Rahyudi SH, Kasat Reskrim Polres Blitar, mengatakan, pihaknya masih mempelajari laporan korban. Sehabis diperiksa, siang itu korban dibawa ke RS Ngudi Waluyo, Wlingi untuk divisum. Rencananya, Selasa (5/2/2013), terlapor akan dipanggil untuk dimintai keterangan.

"Dari keterangan korban sementara, korban mengaku telah diraba-raba tubuhnya. Itu terjadi antara bulan September sampai Desember 2012. Jika terbukti, pelaku akan diancam UU RI No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman penjara 3 tahun sampai 15 tahun," katanya.

Kasus ini berawal dari korban yang belajar mengaji di pesantren terlapor. Karena tak punya biaya, oleh tetangganya korban dititipkan langsung ke kiainya dengan tujuan agar biayanya gratis. Sebab orangtua korban tak mampu membiayai anaknya yang hanya lulusan SD.

Sementara bapaknya bekerja mencari ikan dengan cara menyetrum. Tepat 23 Mei 2012, korban mulai tinggal di rumah kiainya.

Sambil menggaji, korban disuruh membantu di rumah kiainya, seperti memasak dan bersih-bersih rumah sebagai ganti biaya korban selama tinggal dan belajar mengaji.

Entah bagaimana awalnya, sepulang liburan Hari Raya Idul Fitri lalu, korban disuruh masuk kamar tidur yang berada di sebelah ruang tamu. Di kamar itu, korban dipaksa melayani nafsu birahi kiainya.

Sebenarnya, saat itu korban sudah meronta namun rupanya tak kuasa melawan. Tak cukup sekali, di kamar itu, korban digagahi kembali hingga empat kali.

Di kamar pelaku sendiri, saat istrinya tak ada, korban dipaksa melayani birahi kiainya sebanyak dua kali. Di kamar korban sendiri, tiga kali.

Tak puas hanya di kamar tidur, saat korban mandi, pelaku langsung masuk dan memaksa korban melayani hingga berlangsung dua kali. Bahkan di kamar ganti pakaian, korban dipaksa sekali, sehingga total sebanyak 11 kali.

Itu berlangsung selama sebulan, mulai Nopember sampai Desember 2012 lalu.
Mungkin tak tahan terus-terusan dijadikan budak nafsu kiainya, 27 Januari 2013, korban pulang dan tak mau kembali.

Curiga dengan sikap anaknya tak mau balik ke pesantren, juga selalu murung, ibunya Rom (37), menanyainya.

"Nduk, kenapa kok tambah kurus, apa nggak krasan?," tanya ibunya ditirukan Zakaria.

Namun korban tak menjawab. Malah langsung menangis dan masuk kamar. Baru esoknya, 28 Januari, korban tanpa ditanya ibunya, langsung bercerita  yang dialami selama ini.

Katanya, ia tak mau balik lagi ke rumah kiainya karena selama ini dipaksa melayani nafsu bejat terlapor.

"Bu, saya nggak balik karena di sana (di pesantren), saya selalu diajak tidur abah--panggilan terlapor," aku korban yang ditirukan Zakaria.

Mendengar cerita anaknya, ibunya bak disambar petir di siang bolong. Namun karena buta hukum terhadap kasus seperti itu, ibunya tak ada niatan memperkarakan. Berikutnya, ibunya dengan mengajak keponakannya, Zakaria, datang ke pesantren itu.

Maksudnya, bukan mau minta pertanggungjawaban kiai namun hanya mengambil pakaian anaknya. Akhirnya, Zakaria curiga dengan gelagat korban yang mendadak tak mau balik ke pesantren.

Setelah tahu masalah yang sebenarnya, ia mengadu ke LSM dan disarankan lapor ke polisi. Bersamaan itu, Zakaria mengaku kalau dirinya berkali-kali ditelepon terlapor. Bahkan, Senin itu, menurut Zakaria, terlapor terus menghubunginya.

Intinya, selain mengajak damai, juga mengaku tak sampai meniduri korban, hanya disayang saja. "Saya berkali-kali ditelpon abah. Intinya saya disuruh datang ke pesantren untuk diceritakan masalah yang sebenarnya. Namun saya nggak mau," ujar Zakaria.

Namun Senin siang, Surya berusaha menemui kiai di pesantrennya tak berhasil. Menurut santrinya, Andik Susanto (25), kiainya mulai pagi tak ada di rumah karena lagi bepergian ke Kediri dan baru pulang sore. Andik juga mengaku kenal dengan korban.

Menurutnya, korban tak tinggal bersama para santri lainnya, namun tinggal di rumah kiainya. "Saat ini anaknya masih liburan di rumah. Di sini ia tinggal di dalem -sebutan rumah kiai," ujar Andik yang mengaku tak tahu apa-apa soal kasus itu.

Di pesantren itu memiliki santri 80 orang,  50 santri perempuan dan 30 santri laki.
 

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved