Bupati Menikahi ABG
Bupati Garut Tak Banyak Bicara Usai Dikonfrontasi
Bupati Garut Aceng HM Fikri membantah menerima uang seperti yang ditudingkan oleh pelapor
TRIBUNNEWS.COM,BANDUNG-- Bupati Garut Aceng HM Fikri membantah menerima uang seperti yang ditudingkan oleh pelapor, Asep Rahmat Kurnia Jaya, saat dikonfrontasi di Mapolda Jabar, Senin (10/12).
Setelah diperiksa dan dipertemukan dengan pelapor, Aceng bergegas meninggalkan ruang Direktorat Reskrim Polda Jabar, pukul 17.00. Tak banyak bicara, pria yang tersandung kasus pernikahan siri kilat empat hari ini mengungkapkan, ia menyerahkan soal pemeriksaan dan konfrontasi kasus yang menjeratnya itu kepada penyidik.
"Saya diperiksa dalam kapasitas saya sebagai saksi. Sebagai warga negara yang baik, tentunya saya memenuhi panggilan ini. Adapun materi yang dipertanyakan tentang apa dan berapa banyaknya, itu sudah saya serahkan dan saya beberkan kepada penyidik. Jadi, silakan untuk konfirmasi ke dalam tentang hal itu kepada penyidik," ujar Aceng sambil bergegas masuk ke mobil Suzuki X-Over nopol F 1180 CF.
Kepala Bidang Hubungan Kemasyarakatan Kepolisian Daerah Jawa Barat, Komisaris Besar Polisi Martinus Sitompul, mengungkapkan, hasil pemeriksaan dan konfrontasi yang telah dilakukan menunjukkan ada ketidaksesuaian antara pelapor dan terlapor.
Pertanyaan yang diajukan oleh penyidik terhadap Aceng yang menjadi saksi semula 25 buah, menjadi 26 pertanyaan setelah ada permintaan tambahan dari Aceng. Setelah pemeriksaan selesai, yakni pukul 08.45-11.50, dilakukan konfrontasi yang dibagi ke dalam dua sesi.
Konfrontasi sesi pertama, antara Aceng, pelapor (Asep Rahman Kurnia Jaya), dan Chep Maher (Asep Hermawan). Lalu konfrontasi sesi kedua, menghadirkan Aceng dan dua saksi lainnya, yaitu Suryana alias Isur dan Mahmud. Selama konfrontasi itu, Aceng didampingi oleh kuasa hukumnya, Ujang Suja'i Toujiri.
"Dari kelompok pertama ini, ada 10 pertanyaan, kemudian kelompok dua ada 14 pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan itu kemudian dituangkan ke dalam berita acara yang sudah ditandatangani oleh mereka yang bersaksi. Ini akan kami kaji lebih dalam, kemudian akan kami lakukan pengkajian ini dalam gelar perkara. Rencananya, kalau tidak lusa, ya mungkin minggu depan," kata Martinus.
Pengakuan Aceng yang dianggap krusial oleh penyidik adalah pada saat penyerahan uang. Menurut Martinus, hal itulah yang harus diperdalam dan dicocokkan antara satu dan yang lain. Dikatakannya, pada saat konfrontasi ada yang tidak pas antara satu dan yang lain.
"Masih keterangan saksi, ada sejumlah uang Rp 50 juta ditransfer melalui bank. Itu yang kami dalami juga. Yang transfer bukan yang bersangkutan (Aceng). Tetapi rekan-rekannya. Foto, SMS, BBM, dan bukti transfer sudah kami dapatkan," kata Kabid Humas.
Asep Rahmat, yang melaporkan orang nomor satu di Kabupaten Garut, datang ke Polda Jabar sekitar pukul 09.30. Ia mengaku, target utama kasusnya saat ini adalah masalah perdata terkait kerugian materi sebesar sekitar Rp 250 juta miliknya.
Kalaupun pada gilirannya, kasusnya berkembang menjadi pidana berupa penipuan yang menyeret Aceng, semata karena yang bersangkutan mangkir dan tidak memenuhi janji untuk mengembalikan uang.
"Tolong kembalikan uang saya. Itu saja. Perkara dia membantah atau gimana, ya silakan saja. Saya cukup tahu diri, tidak mau hanya gara-gara ini bupati jatuh. Kembalikan saja," kata Asep seusai konfrontrasi dengan Bupati Garut.
Sama halnya dengan Aceng, kehadiran Asep tersebut memenuhi panggilan tim penyidik untuk dikonfrontasi. Bagi Asep, ini merupakan panggilan yang kedua, tapi bagi Bupati Garut adalah panggilan yang pertama. Asep mengaku dipanggil lewat surat. Isi suratnya, konfrontasi mengenai dua hal, yaitu penggelapan dan penipuan, bukan terkait pemerasan.
Kemarin, Aceng Fikri datang lebih awal, sekitar pukul 08.30. Mengenakan kacamata, kopiah hitam, kemeja pendek putih, dan celana katun hitam dipadu sepatu vantofel hitam, Aceng memasuki salah satu ruangan di Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Jabar.
Diberitakan sebelumnya, Aceng dilaporkan meminta uang kepada Asep melalui utusannya, yakni Chep Maher, dari kedua kandidat yang belum diketahui. Setiap kandidat dimintai Rp 250 juta sebagai jaminan untuk lolos menjadi wakil bupati.
Uang itu dibayarkan pada 12 April 2012 lalu dalam bentuk dolar AS senilai Rp 500 juta. Setelah itu, pada 17 April 2012, Chep Maher kembali mendatangi Asep yang pada saat itu berada di Hotel Banyu Artha Cipanas, Garut.
Kedatangannya untuk menyampaikan permintaan Aceng atas uang sebesar Rp 1,4 miliar, dengan alasan salah satu dari keduanya akan diloloskan menjadi wakil bupati Garut.