Kamis, 2 Oktober 2025

Jepang Ajak Indonesia Kelola Limbah Air

Itu yang menyebabkan pemerintah Jepang konsentrasi terhadap air itu," kata Tsuyoshi,

TRIBUNNEWS.COM.MALANG- Profesor bidang energi dan ilmu pengetahuan asal Jepang, Tsuyoshi Imai menjadi dosen tamu di Universitas Islam Malang (Unisma).

Kuliah tamu itu membahas pengelolaan limbah air dengan tema 'Introduction of latest treatment technologies of sewage plant in Japan'.

Tsuyoshi menjelaskan, pengelolaan limbah air di negaranya merupakan perioritas utama. Pasalnya, orang jepang paling banyak mengonsumsi air untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan  mencuci. Bahkan dalam perhitungannya, rata-rata orang Jepang menggunakan air sebanyak 250 liter per hari per orang.

"Itu yang menyebabkan pemerintah Jepang konsentrasi terhadap air itu," kata Tsuyoshi, Selasa (18/9/2012).

Lantaran konsentrasi pemerintah terhadap lingkungan tinggi, beberapa universitas di Jepang juga menjadikan jurusan Teknik Lingkungan sebagai jurusan favorit.

Namun, papar Tsuyoshi, penggunaan air yang super banyak itu menyebabkan lingkungan Jepang kotor, terutama sungai dan saluran air menjadi keruh. Kondisi itu, menjadikan Tsuyoshi mencari terobosan baru untuk mengelola limbah air itu. "Berpuluh-puluh tahun saya berfikir bagaimana membuat negara saya bersih, termasuk mengelola limbah air rumah tangga," ungkap profesor dari Yamaguchi University itu.

Akhirnya, dia menemukan sebuah teknologi untuk mendaur ulang limbah air agar tidak mencemari lingkungan. Teknologi itu bernama 'Modified Actified Sewage Process'. Teknologi tersebut berfungsi menyaring limbah air lalu dialirkan ke sungai-sungai.

"Memang tidak bisa instan. Untuk membuat lingkungan Jepang bersih, kami membutuhkan waktu kira-kira 50 tahun," bebernya.

Sebenarnya, menerapkan teknologi penemuanya itu sangat mudah. Bahan dan alat yang digunakan juga sangat sederhana. Awalnya, dia menyediakan tempat penampungan untuk menampung limbah air rumah tangga. Setelah itu, limbah air tersebut diberi senyawa kimia klorin untuk mengendapkan kotoran. Satu liter air dibutuhkan 20 miligram Klorin.  

Setelah diendapkan selama 12 jam, lantas disaring menggunakan pasir dan serabut-serabutan seperti serabut kelapa. Setelah air bersih, lalu dialirkan ke sungai-sungai.

"Sekarang, di negara saya airnya sangat bersih. Di selokan-selokan juga bersih. Beda sekali dengan kondisi 50 tahun lalu," bebernya.
Di Indonesia, dari pengamatanya sepintas, beberapa sungai masih terlihat kotor. Dia menyarankan Pemerintah Indonesia untuk melakukan olah limbah air seperti yang dia lakukan itu. "Sangat mungkin. Teknologi ini sangat simple, semuanya bisa menggunakan," tukasnya.

Namun demikian, hal pertama yang harus dilakukan Pemerintah Indonesia yakni menyadarkan masyarakat tentang limbah air itu. Masyarakat harus disadarkan bahaya limbah air terhadap pencemaran lingkungan.

"Setelah masyarakat menyadari itu, akan berjalan baik," tukasnya.

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved