Samarinda Belum Layak Raih Adipura
untuk mendapatkan Adipura di kota Samarinda masih banyak kerja keras yang harus dilakukan,
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Doan Pardede
TRIBUNNEWS.COM SAMARINDA, - Untuk kesekian kalinya kota Samarinda gagal mendapatkan piala Adipura yang pernah diraih beberapa tahun yang lalu. Sebenarnya, bukan piala Adipura yang menjadi fokus, tetapi esensi yang terkandung di dalam piala tersebut. Sebuah predikat yang patut disandang sebuah kota karena kebersihan kota yang dinilai layak oleh pihak luar dan sesuai dengan kapasitas sebagai penilai kebersihan kota.
"Kalau kita tidak dapat Adipura ya, biasa - biasa saja. Karena memang untuk mendapatkan Adipura di kota Samarinda masih banyak kerja keras yang harus dilakukan," kata Wakil walikota Samarinda, Nusyirwan Ismail ketika di ruang kerjanya, Senin (4/6/2012).
Dari sisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah saja lanjut wawali, di Samarinda masih hanya terdapat 1 TPA yaitu TPA Bukit Pinang. Dan itupun sudah sangat penuh dan melebihi kapasitas.
"Umur teknisnya juga semakin bertambah pendek. Disatu sisi, kita ingin memperkuat TPA Sambutan yang sedang dibangun. Untuk TPA masih perlu pembenahan," paparnya.
Kesadaran masyarakat Samarinda juga menurut Wawali masih sangat kurang untuk mendukung dan melaksanakan program Hijau Bersih Sehat (HBS). Dimana hanya terdapat 25 persen saja penduduk yang perduli membudayakan HBS.
"Masih hanya 25 persen masyarakat membudayakan HBS. Masih banyak masyarakat yang harus didorong, dimotivasi. Tapi kita tidak pernah putus asa untuk itu. Kita terus dorong supaya program BHS bisa berjalan," kata Wawali.
Terkait penanganan sampah, Wawali mengakui bahwa antara banyaknya sampah dan sarana dan prasarana di Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) kota masih belum memadai. Kendatipun sudah ada beberapa pihak memberikan bantuan operasional DKP.
"Memang kita akui, persampahan kita masih belum optimal. Masih banyak yang perlu dibenahi. Karena kita merasa masih banyak yang perlu dibenahi, jadi ya biasa saja. Artinya, memang belum waktunya kita dapat Adipura. Nanti akan kita coba membuat perencanaan, langkah yang lebih baik. Sebaik apapun langkah dalam kesepakatan, rapat, dituangkan dalam program tapi kalau tidak terdukung dana, tidak dilaksanakan dilapangan, ya sama saja," katanya.
Dengan keterbatasan tadi menurutnya, membudayakan jemput bola untuk sampah harus didukung semua masyarakat. Langkah ini memang sudah dilakukan beberapa kelurahan yang membangun bank sampah. Namun kedepannya, langkah itu harus diikuti 53 kelurahan yang ada di Samarinda. Begitu juga dengan upaya mengubah sampah menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang tentunya mengurangi volume sampah yang merusak keindahan kota.
"Itu memang tidak mudah. Tapi, bila ada komitmen bersama, saya yakin. Ini sedang kita cari terus upaya terbaik, format kerja, pola kerja dari persampahan. Mungkin mengangkutnya tidak hanyak sekali tapi bisa dua kali sehari pagi dan malam. Sementara ini kan pagi saja karena armada terbatas. Apalagi jalan banyak yang macet mengurangi durasi pengangkatan sampah," katanya.
Terkait bahwa Samarinda tidak punya target untuk meraih Adipura, Wawali mengatakan bahwa saat ini bukan untuk bicara target tapi berapa capaian yang sudah diraih dari program yang ada.
"Yang terpenting bukan persoalan 2013 dapat Adipura. Tapi berapa progress yang bisa kita gerakkan dari rancangan ideal untuk mendapatkan suatu Adipura. Walaupun, Adipura bukan tujuan utama, hanya menjadi spirit. Tapi kita tidak tinggal diam. Kita terus melakukan langkah padu, sinergi, sistematis, taktis dan juga operasional lapangan, tidak sekedar wacana. Tidak sekedar "akan". Membawa perubahan itu tidak gampang. 1 atau 3 tahun perubahan itu wajar. Bukan saya mematahkan semangat meraih Adipura untuk 2013. Tidak, kalau bisa kenapa tidak," pungkas Wawali.