Senin, 6 Oktober 2025

Pilkada Serentak 2020

Mendagri Sebut Pilkada Langsung Bisa Jadi Sebab Timbulnya Manipulasi Demokrasi hingga Akar Korupsi

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menyebut, pemilihan kepala daerah (Pilkada) langsung bisa menimbulkan terjadinya manipulasi demokrasi.

Wartakota
Ilustrasi- Pilkada Serentak 2020 

Menurut Tito, lahirnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah, yang mengatur mekanisme pemilihan kepala daerah telah membuka jalan demokrasi.

Sebab, dengan lahirnya Undang-undang tersebut, pemilihan kepala daerah bisa dilakukan melalui pemilihan secara langsung.

Diketahui sebelumnya adanya Undang-undang tersebut, kepala daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Menurut Tito, ada empat dampak positif diselenggarakannya pemilihan kepala daerah secara langsung.

Baca: Isu SARA Diprediksi Tak Akan Laku di Pilkada 2020

"Niatnya saya kira baik, yaitu spiritnya. Pertama sebagai indikator adanya demokrasi, di mana kekuasaan ada di tangan rakyat, rakyat memilih pemimpinnya secara langsung," ujar Tito, seperti dikutip dari siaran langsung di kanal Nagara Institute.

Kedua, menurut Tito, dengan adanya pemilihan kepala daerah langsung bisa memberikan sistem cek and balance.

"Yaitu rakyat dapat memilih pemimpinanya yang kemudian dia dapat melakukan koreksi atau kritik kepada kepala daerah," jelas Tito.

Baca: Kemendagri: Pilkada Serentak 2020 Perlu Dikawal Meski Digelar di Tengah Pandemi

Dampak positif ketiga menurut Tito, adalah kepala daerah memiliki legitimasi yang kuat, karena dipilih langsung oleh rakyatnya.

Keempat, dengan adanya pemilihan kepala daerah secara langsung akan memunculkan adanya calon perorangan yang tidak ada dalam sistem sebelumnya.

"Memang ada aspek positif yaitu lahirnya pemimpin-pemimpin yang kalau melalui sistem pemilihan tertutup di DPRD mungkin tidak akan muncul."

"Yang terjadi adalah kader-kader, partai yang kemudian didominasi oleh partai-partai tertentu dan kemudian pemimpinannya tidak dipilih langsung oleh rakyat tapi oleh DPRD."

Baca: MK Siap Menangani Sengketa Pilkada di Tengah Pandemi Covid-19

"Jadi kita tidak memunculkan pemimpin baru atau proses untuk menunjuk pemimpin baru itu sulit  karena ditentukan oleh partai," ungkapnya.

Menurut Tito, dengan adanya pemilihan kepala daerah secara langsung, maka calon perorangan bisa muncul.

Sistem kaderisasi partai yang baik juga bisa memunculkan calon-calon baru dan wajah-wajah baru.

"Kita lihat beberapa negara tetangga kita, bahkan negara-negara lain yang menggunakan sistem pemilihan tertutup (mohom maaf) mungkin orangnya itu-itu saja."

Baca: KPU Terbitkan Surat Edaran 20/2020, Atur Pelaksanaan Tahapan Pilkada Sesuai Protokol Kesehatan

"Bahkan yang usianya mungkin sudah sangat sepuh, dia lagi yang dipilih karena adanya mekanisme tidak langsung."

"Tapi dengan pemilihan langsung warna positifnya kita melihat ada pemimpin-pemimpin baru, kita melihat adanya generasi-generasi calon-calon pemimpin di tingkat daerah yang bisa berkiprah di tingkat nasional," tandasnya.

(Tribunnews.com/Nanda Lusiana)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved