Senin, 6 Oktober 2025

Pendidikan Profesi Guru

6 Contoh Studi Kasus PPG PAI Kemenag 2025 Masalah Media Pembelajaran, Maksimal 500 Kata

Inilah contoh studi kasus PPG PAI Kemenag 2025 masalah Media Pembelajaran, maksimal 500 kata sebagai referensi persiapan UKMPPG.

Penulis: Sri Juliati
Editor: Bobby Wiratama
Kolase Tribunnews.com/Canva
STUDI KASUS PPG - Grafis tentang contoh studi kasus PPG 2025 tentang Media Pembelajaran yang dibuat di aplikasi Canva Premium, Sabtu (4/10/2025). Inilah contoh studi kasus PPG PAI Kemenag 2025 masalah Media Pembelajaran, maksimal 500 kata sebagai referensi persiapan UKMPPG. 

3. Apa hasil dari upaya Anda tersebut?

Setelah menggunakan media variatif, terlihat perubahan signifikan:

  • Aktivitas siswa meningkat, 80 persen siswa berpartisipasi aktif dalam diskusi dan permainan.
  • Hasil evaluasi belajar menunjukkan 85 persen siswa mencapai KKM, jauh lebih baik dari sebelumnya.
  • Siswa mengaku lebih nyaman membicarakan topik ini karena ilustrasi kartun membuat materi terasa ringan, tidak menimbulkan rasa malu.
  • Guru sejawat yang mengamati pembelajaran memberikan masukan positif bahwa media saya membantu menjelaskan materi yang sensitif dengan cara tepat.

4. Pengalaman berharga apa yang bisa Anda petik ketika menyelesaikan permasalahan tersebut?

Saya belajar bahwa pemilihan media pada materi sensitif seperti Menyambut Usia Balig harus memperhatikan kenyamanan siswa. Media visual yang sederhana, aman, dan kontekstual dapat menjembatani pemahaman tanpa menimbulkan rasa canggung. 

Saya juga menyadari pentingnya menciptakan ruang aman bagi siswa agar berani bertanya dan berbagi pengalaman. Dengan begitu, pembelajaran PAI tidak hanya menyampaikan pengetahuan, tetapi juga membentuk sikap positif dalam menghadapi masa pubertas.

B. Contoh Studi Kasus PPG PAI Kemenag 2025 Masalah Media Pembelajaran

1. Permasalahan apa yang pernah Anda hadapi?

Selama pelaksanaan pembelajaran PAI di kelas IV SD Negeri, saya menemukan bahwa media pembelajaran yang digunakan guru masih terbatas pada papan tulis dan buku paket. Media yang bersifat visual, audio, maupun multimedia hampir tidak pernah digunakan.

Akibatnya, siswa terlihat cepat bosan, kurang fokus, dan sulit membayangkan materi yang disampaikan, terutama pada topik yang membutuhkan contoh konkret, seperti kisah Nabi, tata cara ibadah, dan doa harian.

Hasil observasi menunjukkan bahwa hanya 40 persen siswa yang aktif mengikuti pembelajaran, sementara sisanya lebih banyak pasif dan kurang berpartisipasi.

Wawancara dengan beberapa siswa mengungkapkan bahwa mereka sering merasa "materi hanya dibacakan" dan "kurang menarik". Guru pun menyadari bahwa keterbatasan variasi media membuat pembelajaran PAI belum maksimal dalam memotivasi siswa.

2. Bagaimana upaya Anda untuk menyelesaikannya?

Sebagai solusi, saya berinisiatif mengembangkan dan menggunakan media pembelajaran variatif dan interaktif yang sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar. 

Upaya yang dilakukan antara lain:

  • Menggunakan media visual (gambar, poster, dan kartu doa) untuk memperjelas materi.
  • Memanfaatkan media audio-visual (video pendek kisah Nabi, animasi tata cara wudhu, dan lagu islami anak) untuk menarik perhatian siswa.
  • Menyisipkan media manipulatif sederhana, seperti papan permainan edukatif (board game PAI) agar siswa belajar sambil bermain.
  • Melibatkan siswa dalam pembuatan media sederhana, misalnya menggambar ilustrasi doa harian atau membuat poster akhlak mulia.
  • Menggunakan alat digital (PowerPoint interaktif atau kuis online sederhana) untuk meningkatkan partisipasi siswa.

Sebelum digunakan, saya juga memberikan penjelasan singkat tentang cara menggunakan media tersebut agar siswa lebih mudah beradaptasi.

3. Apa hasil dari upaya Anda tersebut?

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved