Selasa, 7 Oktober 2025

Pendidikan Profesi Guru

Contoh Tugas Refleksi Modul Profesional, PPG PAI Kemenag 2025

Inilah contoh Tugas Refleksi pada Modul Profesional topik 1-8 untuk guru Pendidikan Agama Islam (PAI) yang mengikuti PPG Kemenag 2025 batch 3.

|
Penulis: Sri Juliati
Editor: Suci BangunDS
Kolase Tribunnews.com/Canva
CONTOH TUGAS MANDIRI - Grafis tentang contoh Tugas Refleksi pada Modul Profesional mulai dari topik 1-8 untuk guru Pendidikan Agama Islam (PAI) yang mengikuti PPG Kemenag 2025 batch 3, yang dibuat di Canva Premium, Jumat (5/9/2025). 

TRIBUNNEWS.COM - Contoh Tugas Refleksi Modul Profesional ditujukan kepada guru PAI yang mengikuti PPG Kemenag 2025 batch 3.

Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) oleh Kementerian Agama (Kemenag) kembali digelar dan kini telah memasuki batch 3. Peserta PPG Kemenag 2025 batch 3 adalah para guru agama, termasuk guru Pendidikan Agama Islam (PAI).

Sejumlah tugas menanti bapak/ibu guru PAI selama menjalani PPG Kemenag 2025 batch 3. Salah satunya mengerjakan Tugas Refleksi di Learning Management System (LMS).

Tugas Refleksi dapat bapak/ibu guru PAI kerjakan setelah mengerjakan Tugas Mandiri dan mempelajari topik 1-8 dalam selama Pembelajaran Mandiri.

Adapun tugas yang diminta adalah:

  1. Pilih materi yang menarik dan deskripsikan materi tersebut!
  2. Lakukan analisis implementasi/penerapan materi tersebut!
  3. Tuliskan pengalaman praktis dari proses pembelajaran yang mendukung atau bertentangan dengan materi yang dipelajari!
  4. Uraikan tantangan yang dihadapi dan hikmah (lesson learn) yang didapatkan!
  5. Buat rencana aksi penerapan materi tersebut dalam kegiatan pembelajaran!

Bapak/ibu guru PAI yang kesulitan mengerjakan Tugas Refleksi Modul Profesional dapat menggunakan artikel ini sebagai referensi.

Inilah contoh Tugas Refleksi pada Modul Profesional untuk guru PAI yang mengikuti PPG Kemenag 2025 batch 3.

A. Contoh Tugas Refleksi Modul Profesional

Berdasarkan modul profesional yang telah Anda unggah, saya memilih materi tentang Moderasi Beragama yang terdapat pada Topik 8. Materi ini sangat relevan dan penting untuk diterapkan dalam konteks Indonesia yang beragam.

1. Deskripsi Materi: Moderasi Beragama

Materi ini menjelaskan bahwa moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan mengedepankan keseimbangan, keadilan, dan toleransi. Ini bukan berarti mencampuradukkan ajaran agama, melainkan bersikap adil dan proporsional dalam menjalankan ajaran agama.

Tujuannya adalah untuk menciptakan harmoni, menjunjung tinggi kemanusiaan, dan membangun peradaban di tengah kemajemukan. Prinsip utama yang ditekankan adalah mengambil posisi yang seimbang di tengah dua kutub ekstrem, yaitu radikalisme (ekstrem kanan) dan liberalisme (ekstrem kiri), serta tidak merusak tatanan sosial yang ada.

2. Analisis Implementasi/Penerapan Materi

Penerapan konsep moderasi beragama dalam pembelajaran dan kehidupan sehari-hari sangatlah krusial, terutama bagi peserta didik. Materi ini dapat diimplementasikan tidak hanya melalui ceramah, tetapi juga melalui praktik nyata. Guru PAI dapat berperan sebagai teladan (uswah) dengan menunjukkan sikap adil, santun, dan menghargai perbedaan.

Di kelas, materi ini bisa diterapkan dengan mengajarkan bagaimana menghargai keyakinan orang lain, berdiskusi tentang perbedaan tanpa merendahkan, serta menanamkan sikap tasamuh (toleransi) dan tawasut (moderat). Implementasi ini melatih siswa untuk menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan mampu berinteraksi secara positif di tengah masyarakat majemuk.

3. Pengalaman Praktis dalam Pembelajaran

Dalam pengalaman praktis, penerapan materi moderasi beragama dapat menghadapi tantangan. Sebagai contoh, pernah terjadi situasi di kelas di mana sebagian siswa menunjukkan pandangan yang sangat kaku terhadap kelompok agama lain. Saat membahas toleransi, seorang siswa menyatakan bahwa toleransi hanya boleh dilakukan dalam batas-batas yang sangat sempit dan tidak boleh ada interaksi yang terlalu dekat dengan mereka yang berbeda keyakinan.

Pengalaman ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa tentang moderasi masih terpengaruh oleh doktrin atau pandangan dari luar sekolah yang kurang seimbang. Meskipun materi mendukung konsep moderasi, praktik di lapangan bisa bertentangan karena adanya pandangan ekstrem yang telah tertanam.

4. Tantangan dan Hikmah (Lesson Learned)

Tantangan:

  • Pengaruh Eksternal: Banyak siswa yang sudah terpapar pandangan ekstrem dari media sosial, lingkungan, atau keluarga, yang membuat mereka resisten terhadap konsep moderasi.
  • Sulitnya Membedakan Moderasi dan Sinkretisme: Sebagian siswa atau bahkan orang tua khawatir bahwa moderasi beragama akan mengarah pada pencampuran ajaran agama (sinkretisme), sehingga mereka menolak konsep ini.
  • Keterbatasan Waktu Pembelajaran: Waktu yang terbatas di kelas menyulitkan guru untuk melakukan diskusi yang mendalam dan memberikan pemahaman yang komprehensif.

Hikmah (Lesson Learned):

  • Pentingnya Guru sebagai Teladan: Guru harus menjadi contoh nyata dari sikap moderat, adil, dan santun. Sikap guru yang terbuka dan menghargai perbedaan akan lebih efektif daripada sekadar teori.
  • Perlu Pendekatan Berkelanjutan: Moderasi beragama bukanlah materi yang selesai dalam satu atau dua pertemuan, melainkan harus diintegrasikan dalam setiap aspek pembelajaran dan kegiatan sekolah secara terus-menerus.
  • Fokus pada Karakter: Pembelajaran harus lebih berfokus pada pembentukan karakter siswa, seperti empati, toleransi, dan rasa ingin tahu, daripada hanya menghafal definisi.

5. Rencana Aksi Penerapan dalam Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Pembuka (Aktivasi)

  • Diskusi Kasus: Mulai pelajaran dengan menampilkan video atau artikel berita tentang kerukunan antar umat beragama yang berhasil atau konflik yang terjadi akibat intoleransi. Ajak siswa untuk menganalisis dan berpendapat.

Kegiatan Inti (Eksplorasi dan Elaborasi)

  • Studi Kelompok: Bagi siswa dalam beberapa kelompok dan berikan studi kasus tentang isu-isu sosial yang memerlukan sikap moderat. Minta mereka untuk merumuskan solusi berdasarkan prinsip-prinsip moderasi beragama.
  • Proyek Kolaborasi: Ajak siswa membuat proyek kolaborasi dengan mata pelajaran lain (seperti Seni Budaya) untuk menampilkan keberagaman di Indonesia. Misalnya, membuat poster atau mading bertema "Indonesiaku Penuh Warna" yang mencerminkan kerukunan antar-suku, budaya, dan agama.
  • Role Playing: Guru dapat merancang skenario role playing di mana siswa berperan sebagai individu dari latar belakang agama yang berbeda dan harus menyelesaikan suatu masalah bersama.

Kegiatan Penutup (Refleksi)

  • Jurnal Refleksi: Minta siswa untuk menulis jurnal harian tentang bagaimana mereka menerapkan sikap moderasi dalam interaksi sehari-hari, baik di sekolah maupun di rumah.
  • Sesi Tanya Jawab: Berikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya secara bebas tentang hal-hal yang mereka ragukan terkait moderasi beragama. Jawablah dengan lugas dan bijaksana.

B. Contoh Tugas Refleksi Modul Profesional

Materi yang pilih adalah topik 4: Pembentukan Akhlak Karimah

1. Deskripsi Materi

Implementasi pembentukan akhlak karimah dalam kehidupan sehari-hari terwujud melalui berbagai tindakan nyata yang mencerminkan nilai-nilai mulia. Kejujuran, misalnya. Diterapkan dengan berkata dan bertindak sesuai kebenaran, baik dalam urusan kecil maupun besar.

Kesabaran ditunjukkan dalam menghadapi kesulitan dan tantangan hidup, serta dalam berinteraksi dengan orang lain. Kasih sayang diwujudkan melalui sikap peduli dan empati terhadap sesama, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya.

2. Analisis Implementasi/Penerapan Materi

Tanggung jawab tercermin dalam melaksanakan tugas dan kewajiban dengan sebaik-baiknya, serta dalam meniaga amanah yang diberikan. Pembentukan akhlak karimah juga melibatkan konsistensi dalam berbuat baik dan keteladanan dari orang-orang di sekitar, sehingga nilai-nilai mulia tersebut tidak hanya dipahami secara teoritis, tetapi juga dihayati dan diamalkan dalam setiap aspek kehidupan.

3. Pengalaman Praktis dalam Pembelajaran

Pengalaman praktis dalam pembelajaran yang mendukung pembentukan akhlak karimah meliputi teladan guru yang jujur dan sabar. Kegiatan gotong royong yang menumbuhkan kepedulian diskusi kelompok yang memperdalam pemahaman nilai moral, proyek sosial yang menumbuhkan empati, dan pemberian penghargaan yang memotivasi perilaku baik. 

Sebaliknya, pengalaman yang bertentangan dengan pembentukan akhlak karimah mencakup perilaku bullying yang merusak akhlak, kecurangan dalam ujian yang mengajarkan ketidakjujuran, diskriminasi yang merusak persatuan, guru yang tidak memberikan teladan yang baik, dan kurangnya komunikasi dapat menyebabkan kesalahpahaman. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung pembentukan akhlak mulia melalui teladan, pembiasaan, dan komunikasi efektif.

4. Tantangan dan Hikmah (Lesson Learned)

Tantangan dalam pembentukan akhlak karimah meliputi konsistensi dalam berbuat baik di tengah pengaruh lingkungan yang beragam, pengendalian diri dari godaan, pentingnya keteladanan yang baik, dan penggunaan teknologi yang bijak. Namun, dari proses tersebut, hikmah yang didapatkan adalah bahwa akhlak karimah merupakan investasi jangka panjang yang membawa kebahagiaan dan kemudahan dalam hidup, menjadi ciri orang beriman, serta dapat dipelajari dan dikembangkan melalui usaha sadar.

5. Rencana Aksi Penerapan dalam Kegiatan Pembelajaran

Rencana aksi penerapan materi pembentukan akhlak karimah dalam kegiatan pembelajaran akan diintegrasikan secara holistik melalui beberapa strategi:

  • Pertama, guru akan memberikan teladan langsung dengan menunjukkan sikap jujur, sabar, dan penuh kasih sayang dalam interaksi sehari-hari, serta mengakui kesalahan dan meminta maaf ketika diperlukan
  • Kedua, kegiatan gotong royong seperti membersihkan kelas dan proyek sosial akan diimplementasikan secara rutin untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kepedulian sosial.
  • Ketiga, diskusi kelompok tentang nilai-nilai moral akan diintensifkan memberikan ruang. bagi siswa untuk berpendapat dan mengembangkan pemahaman mendalam.
  • Keempat, proyek sosial yang melibatkan kunjungan ke panti asuhan atau lingkungan sekitar akan diintegrasikan untuk menumbuhkan empati dan rasa syukur.
  • Kelima, sistem penghargaan akan diterapkan untuk memotivasi perilaku positif, sementara kasus bullying dan kecurangan akan ditangani dengan tegas melalui pendekatan restoratif.
  • Keenam komunikasi terbuka antara guru dan siswa akan diutamakan untuk membangun saling pengertian dan menghormati, serta memanfaatkan teknologi secara bijak dalam pembelajaran.
  • Ketujuh, keterlibatan orang tua akan ditingkatkan melalui pertemuan rutin dan komunikasi aktif mengenai perkembangan akhlak siswa, menciptakan lingkungan belajar yang konsisten dan mendukung pembentukan akhlak karimah.

C. Contoh Tugas Refleksi Modul Profesional

Modul Profesional PAI memberikan beragam materi penting yang dapat memperkaya wawasan dan keterampilan guru. Salah satu materi yang menarik perhatian saya adalah pembahasan mengenai Pendidikan Nilai dan Pendidikan Karakter yang terdapat pada Topik 7. Materi ini relevan dengan kebutuhan pendidikan masa kini yang tidak hanya menekankan pada pencapaian akademik, tetapi juga pada pembentukan pribadi peserta didik yang berakhlak mulia, disiplin, dan bertanggung jawab.

1. Deskripsi Materi

Materi tentang Pendidikan Nilai dan Pendidikan Karakter menarik karena menekankan pentingnya pembentukan pribadi peserta didik yang tidak hanya cerdas secara kognitif, tetapi juga memiliki akhlak karimah. Pendidikan karakter menanamkan nilai kejujuran, disiplin, tanggung jawab, toleransi, kasih sayang, serta kepedulian sosial. Dalam konteks PAI, pendidikan karakter berfungsi sebagai sarana pembentukan generasi muda yang beriman, bertakwa, dan mampu menjaga harmoni dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Analisis Implementasi

Pendidikan nilai dan karakter dapat diimplementasikan melalui integrasi dalam proses pembelajaran. Guru dapat menyisipkan nilai karakter dalam materi ajar, diskusi, maupun kegiatan pembiasaan di kelas. Selain itu, keteladanan guru menjadi sarana utama dalam menanamkan nilai.

Misalnya, guru mencontohkan sikap jujur dalam memberi penilaian, disiplin dalam kehadiran, serta sabar dalam menghadapi siswa. Kebijakan nasional seperti PP No. 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) juga mendukung pentingnya implementasi pendidikan karakter secara menyeluruh di sekolah.

3. Pengalaman Praktis

Dalam praktik mengajar, saya menemukan bahwa pendidikan karakter lebih efektif ketika dilakukan dengan pembiasaan sederhana. Misalnya, membiasakan siswa untuk memberi salam, menjaga kebersihan, bekerja sama dalam kelompok, dan menghargai pendapat orang lain. Namun, terdapat pula pengalaman yang menunjukkan tantangan, seperti siswa yang kurang disiplin, suka menunda tugas, atau mudah berselisih dengan temannya. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan karakter membutuhkan proses panjang, kesabaran, dan keterlibatan seluruh warga sekolah.

4. Tantangan dan Hikmah

Tantangan terbesar dalam penerapan pendidikan karakter adalah konsistensi dari guru, siswa, keluarga, dan masyarakat. Terkadang nilai yang diajarkan di sekolah tidak sejalan dengan kondisi di rumah atau lingkungan sekitar. Selain itu, arus globalisasi dan teknologi juga dapat memengaruhi perilaku siswa.

Hikmah yang saya dapatkan adalah bahwa pendidikan karakter tidak bisa hanya dibebankan kepada sekolah, tetapi harus menjadi kerja sama semua pihak. Keteladanan nyata dari guru dan orang tua adalah metode paling efektif dalam membentuk karakter anak.

5. Rencana Aksi

Sebagai langkah konkret, saya merencanakan beberapa aksi dalam penerapan pendidikan nilai dan karakter, yaitu:

  • Mengintegrasikan nilai karakter dalam setiap RPP yang saya susun.
  • Menjadi teladan nyata dalam sikap sehari-hari, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
  • Menerapkan kegiatan pembiasaan, seperti salat berjamaah, piket kelas, dan literasi pagi.
  • Membina komunikasi dengan orang tua agar terjadi kesinambungan pendidikan karakter di rumah.
  • Menggunakan metode pembelajaran kontekstual, seperti role play, diskusi kasus, dan proyek sosial agar nilai lebih bermakna.

Kesimpulan

Materi Pendidikan Nilai dan Pendidikan Karakter pada Modul Profesional PAI memberikan inspirasi besar bagi saya untuk semakin menekankan aspek akhlak dan moral dalam pembelajaran. Dengan implementasi yang konsisten, dukungan keluarga, serta keteladanan guru, pendidikan karakter akan mampu melahirkan generasi yang beriman, berakhlak mulia, dan siap menghadapi tantangan zaman.

*) Disclaimer: 

(Tribunnews.com/Sri Juliati)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved