Senin, 29 September 2025

Taksi Asal Vietnam Melaju di Jalanan, Ini Kata Pengamat

Ekspansi Xanh SM di bisnis transportasi roda empat, disinyalir sebagai cara VinFast mendongkrak penjualan mobil listrik di Indonesia.  

Penulis: Sanusi
Editor: Choirul Arifin
dok. Xanh
Taksi asal Vietnam, Xanh, yang kini beroperasi sebagai taksi listrik di Jakarta. 

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Persaingan dan Kebijakan Usaha (LKPU) Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) Ditha Wiradiputra menyoroti model bisnis pemain baru di industri taksi asal Vietnam, Xanh.

Ekspansi Xanh SM di bisnis transportasi roda empat, disinyalir sebagai cara VinFast mendongkrak penjualan mobil listrik di Indonesia.  

Ditha menyampaikan bahwa bisnis model VinFast perlu dicermati lebih lanjut, meskipun telah memberikan opsi baru bagi konsumen transportasi taksi di Indonesia.

"Persoalannya adalah perusahaan taksi baru ini mempunyai model bisnis yang bisa dikatakan menarik. Menariknya adalah sesungguhnya perusahaan taksi ini adalah sebuah perusahaan otomotif di negara asalnya, dalam hal ini Vietnam," tutur Ditha kepada Tribunnews.com, Kamis (23/1/2025).

Taksi Xanh SM menggunakan armada yang berasal dari VinFast atau bisa dibilang sebagai produk kendaraan perusahaan sendiri. Ditha menganalogikan, seperti Toyota dan Mitsubishi masuk ke dalam bisnis taksi atau seperti Boeing dan Airbus masuk ke dalam bisnis penerbangan atau maskapai dengan unit produksi sendiri.

"Agak repot kalau maskapai penerbangan bersaing dengan Boeing atau Airbus, karena mereka punya kendaraannya sendiri. Kita melihat ini yang dilakukan Xanh taksi," jelasnya.

Ditha menduga, upaya yang dilakukan perusahaan Xanh SM merupakan bagian dari cara perusahaan otomotif asal Vietnam untuk memasyarakatkan produknya, karena mobil buatannya bisa langsung banyak terserap di pasar.

"Mungkin itu strategi yang baik-baik saja, cuma dia harus memikirkan dampaknya bagi pasar. Dalam hal ini, dia ingin seolah-olah pertumbuhan pasar dari produk dia sangat besar dengan dia masuk ke dalam bisnis taksi," ujarnya.

"Memang nggak mudah untuk bisa membuat produk otomotif dengan mudah membanjiri pasar, laku di pasar."

"Tapi kemudian dia menggunakan strategi itu, dikhawatirkan mempunyai implikasi terhadap nasib orang-orang yang ada di bisnis layanan transportasi," katanya.

Baca juga: Kronologi Kecelakaan Beruntun Bus Medali Mas Seruduk Truk Telur dan Minibus di Km 481 Tol Boyolali

Jangan sampai kehadiran pemain baru yang hanya menjadi akal-akalan untuk mendongkrak penjualan mobil membuat para mitra pengemudi di layanan transportasi harus terkena imbas.

"Bagus-bagus saja dia punya ide supaya kelihatan produknya laku, dia pakai dalam bisnis taksi. Cuma hal tersebut jangan sampai mengganggu atau mempunyai dampak yang tidak baik terhadap bisnis ride hailing."

"Berdampak buruk bagi mereka mitra-mitra yang ketika mendapati pemain baru, jangan-jangan di pinggir jalan semakin banyak nih orang ngetem, mobil-mobil online nunggu penumpang," imbuhnya.

Baca juga: Daimler Bantah Bus Cititrans yang Terbakar Hebat di Tol Nganjuk Bersasis Mercedes-Benz

Pemerintah juga diminta menyiapkan regulasi mengenai model bisnis seperti yang dilakukan pemain otomotif dari Vietnam tersebut.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan