Identitas Digital Jadi Senjata Ampuh Melawan Penipuan Online
Ancaman penipuan digital terus menghantui sektor jasa keuangan di tengah pesatnya perkembangan teknologi.
Editor:
Dodi Esvandi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ancaman penipuan digital terus menghantui sektor jasa keuangan di tengah pesatnya perkembangan teknologi.
Menyadari hal ini, Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) bersama Privy menggelar Online Fintech Talk bertema “Fighting Digital Fraud: Membangun Digital Trust Layanan Perbankan melalui Inovasi Identitas Digital” yang diikuti lebih dari 80 peserta dari industri perbankan, fintech, teknologi, hingga masyarakat umum, Rabu (6/8/2025).
Kegiatan ini menjadi wadah untuk meningkatkan kesadaran akan risiko fraud digital, mengedukasi peran identitas digital dan kecerdasan buatan (AI) dalam pencegahannya, serta memperkuat kolaborasi antara regulator, perbankan dan pelaku fintech demi terbangunnya kepercayaan di layanan keuangan digital.
Dalam acara ini, Plt Direktur Pengembangan Ekosistem Digital Kementerian Komunikasi dan Digital, Sonny Sudaryanah, membuka seminar dengan keynote remarks.
Sesi diskusi dipandu Arif Rahman Hakim, Dosen Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret, dan menghadirkan CEO Privy Marshall Pribadi, Syahraki Syahrir selaku Immediate Past President ISACA Indonesia Chapter serta Chief Digital & Analytics Officer Bank Danamon, Andreas Kurniawan.
Wakil Sekretaris Jenderal II AFTECH, Saat Prihartono, menegaskan pentingnya keseimbangan antara inovasi layanan dan keamanan digital.
Hal ini untuk menjawab kebutuhan dan gaya hidup masyarakat, tetapi kemudahan akses harus diimbangi dengan sistem keamanan dan infrastruktur TI yang andal.
Proses e-KYC merupakan pintu gerbang layanan digital sekaligus titik rawan terjadinya identity fraud, terlebih dengan ancaman baru seperti penyalahgunaan teknologi deepfake AI.
Baca juga: ICANN Terbitkan LGR, Aksara Bali Bakal Jadi Identitas Digital Global
“Strategi anti-fraud yang komprehensif dan pemanfaatan AI untuk deteksi anomali secara real-time menjadi kunci menjaga digital trust di sektor jasa keuangan,” ujar Saat melalui keterangan tertulis, Sabtu (9/8/2025).
Perubahan perilaku nasabah yang menginginkan layanan cepat, praktis, dan terintegrasi telah mendorong transformasi besar-besaran di sektor perbankan digital.
Mulai dari pembukaan rekening, proses onboarding, pembayaran, transaksi e-commerce, pengajuan pinjaman, investasi, hingga pengelolaan keuangan kini bisa diakses kapan saja dan di mana saja.
Namun, kemudahan ini juga membawa risiko baru, salah satunya identity fraud yang kian canggih dengan hadirnya teknologi deepfake AI.
Menurut data, Indeks Literasi Keuangan Indonesia pada 2025 baru mencapai 66,46 persen, sementara Indeks Literasi Digital 2024 ada di angka 3,78 dari skala 5.
Rendahnya literasi ini membuat masyarakat rentan menjadi korban penipuan digital.
Laporan IBM Cost of Data Breach 2024 bahkan mencatat rata-rata kerugian akibat pencurian data pribadi secara global mencapai USD 4,9 juta, naik 10% dibanding tahun sebelumnya.
Pihak Ketiga Netral
Peraturan Pemerintah Tunas Dibutuhkan untuk Ciptakan Ruang Digital yang Aman dan Sehat bagi Anak |
![]() |
---|
Komdigi Tegaskan Tidak Batasi Promo Gratis Ongkir pada E-commerce, Berikut Penjelasannya |
![]() |
---|
Komdigi Ungkap Fakta Mengejutkan Anak Usia di Bawah 10 Tahun Terjerat Judi Online |
![]() |
---|
Apa Benar Ada Hubungan Temuan Mayat Bayi Hasil Inses di Medan dengan Grup Facebook Fantasi Sedarah? |
![]() |
---|
Perkembangan Digital Meningkat, M Qodari Usulkan Pemisahan Kementerian Komunikasi dan Digital |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.