Senin, 29 September 2025

Konflik Iran Vs Israel

Serangan Amerika ke Fasilitas Nuklir Iran Picu Pelemahan Harga Bitcoin ke Level Terendah

Sejak kabar kemungkinan serangan Amerika muncul minggu lalu, pelaku pasar sudah mulai mengurangi eksposurnya terhadap aset kripto. 

Freepik
ASET KRIPTO MELEMAH - Harga Bitcoin kembali mengalami pelemahan dan sempat jatuh di bawah level 99.000 dolar AS. Koreksi ini menandai level terendah Bitcoin sejak 9 Mei 2025 dan memicu gelombang penurunan lebih luas di pasar aset digital global. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga Bitcoin kembali mengalami pelemahan dan sempat jatuh di bawah level 99.000 dolar AS, di tengah meningkatnya eskalasi geopolitik menyusul serangan udara Amerika Serikat ke fasilitas nuklir utama Iran. 

Koreksi ini menandai level terendah Bitcoin sejak 9 Mei 2025 dan memicu gelombang penurunan lebih luas di pasar aset digital global.

Ethereum, mata uang kripto terbesar kedua, juga mencatat penurunan signifikan hingga lebih dari 10 persen sebelum akhirnya pulih sebagian. 

Sementara itu, altcoin seperti Solana, XRP, dan Dogecoin mengalami penurunan. Solana turun lebih dari 7%, XRP turun lebih dari 8%, dan Dogecoin turun lebih dari 9%.

Baca juga: Trump: Fasilitas Nuklir Iran Rusak Parah di Dalamnya, Bukan Hanya di Luar

Menurut data dari CoinGlass, lebih dari 1 miliar dolar AS posisi kripto terlikuidasi dalam 24 jam terakhir, sebagian besar berasal dari posisi long yang terlalu berisiko. 

Hal ini dinilai menunjukan bahwa pasar dalam kondisi rapuh ketika gejolak geopolitik muncul.

Menyikapi kondisi tersebut, Vice President Indodax, Antony Kusuma mengatakan, pelemahan harga Bitcoin kali ini bukan semata disebabkan oleh faktor teknikal, melainkan karena sentimen risiko makro yang semakin kuat. 

"Pasar kripto saat ini sangat sensitif terhadap berita geopolitik yang menimbulkan ketidakpastian. Respons pasar terhadap serangan AS ke Iran menunjukan bahwa Bitcoin, meski kerap dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi, tetap dipandang sebagai aset berisiko oleh sebagian investor,” jelas Antony, Senin (23/6/2025).

Ia menambahkan, sejak kabar kemungkinan serangan ini muncul minggu lalu, pelaku pasar sudah mulai mengurangi eksposurnya terhadap aset kripto

Hal itu tercermin dari menurunnya arus masuk ke ETF spot Bitcoin secara signifikan menjelang akhir pekan.

Data menunjukkan arus masuk ke ETF spot Bitcoin dari Senin hingga Rabu pekan lalu mencapai lebih dari 1 miliar dolar AS. Namun, pada Kamis tidak ada pergerakan net, dan pada Jumat hanya tercatat 6,4 juta dolar AS. 

Kelesuan ini mencerminkan sikap wait and see pelaku institusi terhadap keputusan strategis pemerintahan AS.

“Fenomena ini perlu menjadi catatan penting bagi investor retail. Mereka perlu memahami bahwa volatilitas tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari investasi di kripto. Namun, koreksi tajam seperti ini tidak selalu berarti ancaman. Justru, bagi investor berpengalaman, ini bisa menjadi kesempatan untuk masuk pada valuasi yang lebih menarik,” tutur Antony.

Selain itu, JPMorgan memperkirakan harga minyak bisa melonjak hingga 130 dolar AS per barel jika Iran menutup jalur Selat Hormuz yang merupakan rute ekspor minyak utama. Kenaikan harga minyak dapat mendorong inflasi AS mendekati 5% kembali, yang akan mengubah arah kebijakan suku bunga The Fed.

Kekhawatiran ini menyebabkan investor menarik dana dari aset berisiko tinggi seperti kripto dan memindahkannya ke instrumen yang dianggap lebih aman. Akibatnya, pasar kripto mengalami tekanan jual.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan