Selasa, 30 September 2025

Arus Modal ke Bitcoin Mencapai Rp669 Triliun, Harganya Diproyeksi Tembus Level 100 Ribu Dolar AS

Salah satu bank multinasional memperkirakan bahwa Bitcoin berpotensi menembus harga 150.000 dolar AS pada akhir 2025.

HO
BAKAL CETAK REKOR - Standard Chartered, salah satu bank multinasional memperkirakan bahwa Bitcoin berpotensi menembus harga 150.000 dolar AS pada akhir 2025.  

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Industri aset kripto kembali mencetak tonggak sejarah baru. 

Berdasarkan laporan terbaru, arus modal masuk ke aset Bitcoin telah menembus angka fantastis kurang lebih sebesar 40 miliar dolar AS atau setara Rp669 triliun, sejak peluncuran Bitcoin Spot ETF pada Januari 2024. 

Lonjakan arus modal ini semakin ditegaskan oleh laporan mingguan CoinShares pada pekan keempat April 2025, yang mencatat arus masuk sebesar 3,4 miliar dolar AS keproduk investasi aset digital—terbesar sejak Desember 2024 dan ketiga terbesar sepanjang sejarah. 

Dari jumlah tersebut, Bitcoin menjadi penerima utama dengan inflow 3,18 miliar dolar AS, disusul Ethereum sebesar 183 juta dolar AS. 

Sementara itu, altcoin seperti Sui dan XRP turut mencatatkan inflow masing-masing 20,7 juta dolar AS dan 31,6 juta dolar AS.

Baca juga: Harga Bitcoin Melonjak Sentuh Rp1,56 Miliar Imbas Aksi Beli Institusi, Bagaimana Sikap Investor?

Tidak hanya dari sisi dana, aktivitas pembelian juga menunjukkan tren akumulasi besar-besaran. 

Strategy, perusahaan publik terbesar pemilik Bitcoin, dilaporkan kembali membeli 15.355 BTC senilai 1,65 miliar dolar AS (sekitar Rp25,8 triliun) sepanjang 21-27 April 2025. Kepemilikan total mereka kini mencapai 553.555 BTC. 

Pembelian ini dilakukan saat harga Bitcoin melonjak dari 87.000 dolar AS sampai di sekitar 94.000 dolar AS, mencerminkan optimisme pasar yang tinggi terhadap aset digital ini. 

Menyikapi hal itu, CEO Indodax, Oscar Darmawan, menyebut pergerakan besar ini menandakan semakin menariknya pasar kripto secara global. 

“Kita sedang menyaksikan bagaimana Bitcoin kini semakin menjanjikan, sebagai penyimpan nilai jangka panjang oleh institusi besar. Aksi pembelian MicroStrategy dan dana ETF yang masuk menunjukkan kepercayaan yang kuat terhadap fundamental Bitcoin,” jelas Oscar dikutip Kamis (1/5/2025).

Menurut Oscar, arus dana institusional ini juga bisa menjadi acuan penting bagi investor retail di Indonesia. 

Ia menambahkan, pertumbuhan ekosistem kripto kini lebih stabil karena didukung oleh regulasi yang terus berkembang dan adopsi yang kian meluas secara global.

Standard Chartered, salah satu bank multinasional ternama, memperkirakan bahwa Bitcoin berpotensi menembus harga 150.000 dolar AS pada akhir 2025. 

Bahkan, ATH (all time high) baru diyakini akan tercapai di kuartal kedua tahun ini, seiring meningkatnya permintaan dari ETF dan efek dari halving Bitcoin yang telah terjadi pada April 2024.

Perlu dicatat, menurut analis dari Standard Chartered, mayoritas arus masuk ETF saat ini tidak berasal dari investor retail, melainkan institusi seperti dana pensiun dan perusahaan manajemen aset besar. Hal ini memberi gambaran bahwa permintaan terhadap Bitcoin bersifat jangka panjang dan lebih stabil.

Selain itu, ETF dari BlackRock, yaitu iShares Bitcoin Trust (IBIT), telah menjadi salah satu ETF dengan pertumbuhan tercepat di sejarah keuangan Amerika Serikat. 

IBIT mengelola lebih dari 270.000 BTC atau setara 17,8 miliar dolar AS hingga April 2025, mengungguli ETF Ethereum maupun produk derivatif lainnya.

Oscar menilai, bila tren ini terus berlanjut, maka ekspektasi harga Bitcoin tembus sekitar 100.000 dolar AS bukan lagi sesuatu yang mustahil. 

“Bitcoin semakin diakui sebagai emas digital. Bedanya, ia jauh lebih mudah diakses dan didistribusikan lintas negara. Ini merupakan peluang strategis bagi masyarakat Indonesia untuk mulai berpartisipasi dalam aset digital global,” tegasnya.

Ia juga menambahkan, fenomena pembelian Bitcoin oleh institusi turut berperan dalam lonjakan arus dana ini. 

Adopsi institusi seperti MicroStrategy juga menunjukkan bahwa strategi Dollar Cost Averaging (DCA) tetap menjadi metode yang digunakan bahkan oleh perusahaan berskala internasional. Hal ini sejalan dengan prinsip pengelolaan risiko yang disiplin dalam dunia keuangan.

Oscar mengapresiasi pendekatan proaktif dari pemerintah Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya dalam membuka ruang legalitas untuk produk ETF kripto, yang pada akhirnya menarik investor global.

Dalam konteks Indonesia, Oscar berharap tren ini dapat menjadi acuan untuk percepatan edukasi masyarakat dan penguatan pemahaman terhadap aset kripto

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan