Program Makan Bergizi Gratis
Berita MBG Hari Ini: Ada Ulat di Menu MAN 3 Makassar - Insentif Rp100 Ribu Guru Pengatur Distribusi
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Makassar, Sulawesi Selatan, digegerkan dengan temuan ulat pada menu MBG pada hari ini, Rabu (1/10/2025).
TRIBUNNEWS.COM - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tengah mendapat sorotan setelah terjadi berbagai kasus keracunan di sejumlah daerah.
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Makassar, Sulawesi Selatan, digegerkan dengan temuan ulat pada menu MBG pada hari ini, Rabu (1/10/2025).
Diberitakan Tribun Timur, awalnya seorang siswa menemukan seekor ulat kecil berwarna putih di antara sayuran yang disajikan bersama nasi.
Kaget dengan temuannya, siswa itu langsung berhenti makan dan memberi tahu teman-temannya.
Peristiwa tersebut, kemudian direkam dalam video dan dilaporkan ke pihak sekolah.
Guru MAN 3 Makassar, Adil, membenarkan adanya kejadian itu.

Ia menjelaskan bahwa insiden tersebut terjadi saat sekolah pertama kali menerima menu MBG.
Kejadian itu berlangsung pada hari ketiga sekolah mendapat jatah MBG.
Adil menjelaskan, insiden ini hanya terjadi pada satu porsi makanan.
Sementara menu lainnya tetap aman untuk dikonsumsi.
"Iya, benar, tadi memang ada yang konfirmasi ke kami dari anak-anak. Siswa menyampaikan bahwa mereka menemukan ulat di makanan, dalam kondisi mati,” kata Adil.
Baca juga: Puluhan Anak di Kadungora Jawa Barat Keracunan Susu MBG, Kepala BGN: Ini Hal yang Tidak Terduga
Sebagian besar makanan lainnya tetap dikonsumsi siswa tanpa masalah.
"Ini baru kejadian pertama. Hari ini kan hari ketiga sekolah dapat (jatah MBG),” ujarnya.
Pihak sekolah memastikan akan melanjutkan koordinasi dengan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) agar kejadian serupa tidak terulang.
"Ini kami baru rencana sampaikan (ke pihak SPPG)," pungkasnya.
Temuan di Bekasi
Sementara itu hari ini Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi, Jawa Barat mengonfirmasi adanya temuan ulat pada menu MBG.
Tetapi, lokasi sekolah dan waktu ditemukannya ulat itu dirahasiakan.
Dikutip dari Warta Kota, Kepala Dinkes Kota Bekasi, Satia Sriwijayanti, menegaskan laporan sudah ditindaklanjuti dan kejadian serupa tidak terulang
Hal ini disampaikan Satia ketika ditemui jurnalis di kawasan Pemerintah Kota Bekasi, Kecamatan Bekasi Selatan, Rabu (1/10/2025).
"Lokasi rahasia, tapi artinya langsung kami tindaklanjuti dan hari berikutnya tidak ditemukan kembali," kata Satia.

Sebelumnya, Satia menjelaskan ulat ditemukan di menu sayuran.
"Kemarin kami juga menerima laporan ada sekolah yang bilang ada ulatnya di makanan. Memang dari sayur mentah ulat itu yang keluar tapi bukan belatung," jelasnya.
Menurut Satia, temuan ulat terjadi karena kurangnya kebersihan dalam penyajian MBG.
"Dari itu salada mungkin kurang bersih, tapi itu ulat salada bukan belatung. Kalau belatung kan makanan basi," ujarnya.
Ulat yang ditemukan pada sebuah nampan kemudian diganti dengan menu baru sebelum dikonsumsi siswa.
Dinkes juga langsung mendatangi lokasi sekolah untuk memeriksa lebih lanjut dan menjadikan peristiwa ini sebagai bahan evaluasi.
"Setiap kejadian kita anggap sebagai bahan evaluasi," tegas Satia.
Insentif Rp 100 Ribu untuk Guru Penanggung Jawab Distribusi
Sementara itu Badan Gizi Nasional (BGN) menerbitkan aturan guru penanggung jawab distribusi MBG di sekolah mendapatkan insentif sebesar Rp 100 ribu.
Aturan ini diterbitkan melalui Surat Edaran (SE) Nomor 5 Tahun 2025 tentang Pemberian Insentif bagi Guru Penanggung Jawab Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Sekolah Penerima Manfaat.
Kebijakan ini untuk mengapresiasi guru dalam mendukung program MBG ini.
Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang menyebut, pemberian insentif ini bukan sekadar kompensasi finansial, melainkan bentuk pengakuan atas dedikasi dan kontribusi guru pada program MBG.
Ia menilai, guru memiliki peran vital, tidak hanya sebagai pendamping utama siswa, tetapi juga sebagai penggerak dalam menanamkan pemahaman tentang pentingnya pola makan sehat dan perilaku hidup bersih di lingkungan sekolah.
"Sebagai bentuk apresiasi atas tambahan tugas dan tanggung jawab tersebut, kepada guru penanggung jawab Program MBG di sekolah diberikan insentif, " kata Nanik di Jakarta, Senin (29/9/2025).

Nantinya setiap sekolah penerima manfaat MBG diwajibkan menunjuk 1 sampai 3 orang guru sebagai penanggung jawab (PIC) distribusi MBG.
Penunjukan dilakukan oleh kepala sekolah dengan prioritas kepada guru bantu dan honorer, serta menggunakan sistem rotasi harian agar pelaksanaan lebih merata.
Sebagai bentuk dukungan, setiap guru PIC akan menerima insentif sebesar Rp100.000 per hari penugasan.
Dana insentif bersumber dari biaya operasional Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) sekolah terkait, dan akan dicairkan setiap 10 hari sekali.
Mekanisme pelaksanaan dan pertanggungjawaban dana wajib mengikuti ketentuan yang berlaku.
"Kepada seluruh SPPG agar melaksanakan dan mengawasi pemberian insentif kepada setiap guru yang telah ditunjuk," tegas Nanik.
Baca juga: Puluhan Anak di Kadungora Jawa Barat Keracunan Susu MBG, Kepala BGN: Ini Hal yang Tidak Terduga
Tuai Penolakan
Seorang guru perempuan yang mengajar di sebuah Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Tangerang Selatan, Banten, MQ, mengaku enggan menjadi penanggung jawab program MBG di sekolah tempatnya mengajar meski dijanjikan insentif Rp 100 ribu per hari oleh BGN.
MQ yang merupakan guru honorer itu mengaku meski gajinya terbilang kecil, beban kerja dan tanggung jawab yang besar sebagai guru tidaklah sepadan dengan tugas tambahan untuk mengurus MBG di sekolah.
Selama ini, ungkap guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia itu, tugas untuk mengurus program MBG di sekolahnya tidak dilakukan secara bergilir melainkan digarap secara keroyokan.
Ia menyebut, tugas mengurus MBG di sekolahnya lebih kepada panggilan hati.
Mulai dari guru muda maupun senior, lanjut dia, mengurus MBG dibantu dengan guru piket dan office boy di sekolah.
Para guru, kata dia, saat ini dibebankan tugas untuk mencatat siswa yang masuk sekolah dan memastikan rantang atau ompreng MBG yang disebar ke para siswa dikembalikan dalam jumlah yang sama.
Belum lagi, lanjut dia, tugas itu dibayang-bayangi dengan ketakutan keharusan mengganti ompreng yang hilang.
Meski selama ini belum ada ompreng MBG yang hilang, sambung dia, namun tersiar kabar di kalangan guru di sekolahnya, guru harus mengganti ompreng yang hilang.
Seingatnya, guru harus mengganti antara Rp 70 ribu hingga Rp150 ribu per ompreng yang hilang.
Beban tambahan itu, kata dia, membuat tanggung jawabnya bertambah, di samping beban mengajar di kelas yang sudah melelahkan.
"Belum lagi di luar kelas harus koordinir itu MBG yang tidak diimbangi dengan insentif untuk kita. Gaji guru berapa sih? Kalau kalian tahu di luaran gaji guru kecil, ya memang faktanya segitu, ditambah dengan kerjaan yang kaya begini. Belum lagi kita siapin materi administrasi untuk guru," kata MQ kepada Tribunnews.com pada Selasa (30/9/2025).
"Saran saya kalau mau ada MBG sekalian ada petugas dari MBG-nya (BGN) untuk koordinir makanan anak-anak (siswa). Karena kalau guru-guru juga yang repot, di mana istirahat kita? Kalau sebentar-sebentar MBG, belum lagi kita menenangkan anak-anak yang ribut," lanjut dia.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto, Rina Ayu, Gita Irawan) (Tribun-Timur.com/Erlan Saputra) (WartaKotalive.com/Rendy Rutama)
Sumber: TribunSolo.com
Program MBG
Program Makan Bergizi Gratis
makan bergizi gratis
BGN
Makassar
Bekasi
Meaningful
keracunan
Nanik S Deyang
Program Makan Bergizi Gratis
Sebaran Data Keracunan MBG September 2025, Korban Terbanyak di Wilayah 2 |
---|
BGN Ungkap 6.517 Orang Alami Keracunan MBG, Terbanyak di Pulau Jawa |
---|
Marak Kasus Keracunan MBG, Kepala BGN Bukan Ahli Gizi, Pengamat: Introspeksi, Mundur Saja Tak Apa |
---|
Kepala BGN Bongkar Maraknya Siswa Keracunan MBG karena SPPG Tak Taat SOP Belanja Bahan Baku |
---|
Kepala BGN: Lonjakan Kasus Keracunan Program MBG Terjadi dalam Dua Bulan Terakhir, Ada 51 Kasus |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.