Senin, 29 September 2025

Program Makan Bergizi Gratis

Cerita Petugas Soal Dapur MBG: Tidak Kenal 4 Sehat 5 Sempurna, Hanya Ada Tiga Staf Sisanya Warga

Tantangan dalam bertugas menjadi SPPG yakni soal makanan yang harus dimasak dengan waktu tepat agar tetap aman dimakan serta memenuhi syarat gizi baik

Editor: willy Widianto
Tribun Banten/Ade Feri Anggariawan
SPPG MAKAN BERGIZI GRATIS - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kini terus menjadi sorotan lantaran banyaknya kasus keracunan yang terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia. Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang bertugas sebagai penyedia makanan dalam jumlah ribuan pun menjadi sorotan. Kesalahan manajemen atau pengelolaan penyediaan makanan di masing-masing SPPG dianggap sebagai pihak yang bertanggung jawab atas banyaknya kasus keracunan MBG di Indonesia. 

Tujuan awalnya menyediakan makanan bergizi gratis untuk anak sekolah, balita, ibu hamil, dan kelompok rentan, sekaligus menggerakkan ekonomi lokal. Dengan target penerima  82,9 juta orang.

MBG pertama kali diluncurkan pada 6 Januari 2025. Program ini untuk memenuhi janji kampanye Prabowo Subianto saat mencalonkan presiden RI di Pilpres 2024 lalu.

Sebagai informasi, kasus keracunan dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) masih terjadi di sejumlah daerah. Terbaru kasus dugaan keracunan MBG terjadi di Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

Sejak program ini diluncurkan pada 6 Januari 2025 lalu atau 9 bulan berjalan ini, pemerintah melaporkan jumlah penerima manfaat terdampak insiden keamanan pangan.

Istana melalui Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Muhammad Qodari merinci kasus dan korban keracunan program MBG.

Ada data dari tiga lembaga sebagai berikut Badan Gizi Nasional (BGN), 46 kasus keracunan, dengan jumlah penderita 5.080, ini data per 17 September.

Kedua dari Kemenkes, 60 kasus dengan 5.207 penderita, data per 16 September.

Kemudian BPOM, 55 kasus dengan 5.320 penderita, data per 10 September 2025. Hasil kajian BPOM,  puncak kejadian keracunan terjadi pada Agustus 2025, dengan sebaran terbanyak di Jawa Barat.

Baca juga: Pengamat: Keracunan Massal MBG Imbas Pemerintah Lebih Fokus Tingkatkan Kuantitas SPPG Bukan Kualitas

Adapun penyebab utama keracunan tersebut diantaranya adalah higienitas makanan, suhu dan ketidaksesuaian pengolahan pangan, kontaminasi silang, serta indikasi alergi pada penerima manfaat.

Kepala BGN Dadan Hindayana menerangkan, hingga 22 September 2025 ini total terdampak Kejadian Luar Biasa (KLB) ini adalah 4.711 orang.

Dengan rincian, wilayah satu yaitu provinsi – provinsi di pulau Sumatera ada 7 kasus keracunan dengan total korban sebanyak 1.261 orang.

Kemudian, wilayah dua yaitu provinsi – provinsi di pulau Jawa ada 27 kasus keracunan dengan 2.606 orang.

Wilayah tiga yaitu provinsi – provinsi di pulau Kalimantan, Bali, NTT, NTB, Sulawesi, Papua ada 11 kasus dengan 842 orang. pemantauan Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) hingga medio September 2025 mencatat, tak kurang dari 5.360 anak mengalami keracunan akibat program ini.

Baca juga: Dasco Minta Aparat Investigasi Banyaknya Siswa yang Keracunan MBG

JPPI menyerukan agar Presiden Prabowo Subianto segera menghentikan sementara program MBG, melakukan evaluasi total sistem tata kelola MBG yang dikendalikan BGN dan mengutamakan keselamatan anak di atas ambisi politik dan target program.

 

Artikel ini telah tayang di TribunBanten.com dengan judul 'SPPG Khusus Tangsel Beberkan Tantangan Menyediakan Ribuan Porsi MBG Bagi Siswa' 

Sumber: Tribun Banten
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan