Senin, 29 September 2025

Profil dan Spesifikasi Jet Tempur China J-10, Diincar Indonesia, Pernah Jatuhkan Rafale AU India

J-10C sangat menarik bagi angkatan udara di Asia hingga Afrika yang ingin memodernisasi armada tanpa membebani anggaran pertahanan nasional.

china arms
J-10 CHINA - Jet tempur J-10C adalah pesawat ringan bermesin tunggal yang dioptimalkan untuk misi superioritas udara, serangan presisi, dan pengintaian. 

Kokpitnya dilengkapi Head-Up Display (HUD) sudut lebar, Helmet-Mounted Display (HMD), dan layar multifungsi (MFD) yang menyajikan gambaran operasional berbasis jaringan dan sensor terintegrasi.

Keunggulan Rudal PL-15

PL-15 adalah senjata utama J-10C, dengan jangkauan antara 200 hingga 300 km—melampaui rudal sekelas seperti AIM-120D (160–180 km) dan Meteor (±200 km). 

Rudal ini menggunakan pencari AESA yang tahan terhadap gangguan dan dirancang untuk menghancurkan target bernilai tinggi seperti pesawat AWACS, tanker, dan paket serangan musuh.

PL-15 juga terintegrasi dengan sistem peringatan dini dan kontrol udara Tiongkok seperti KJ-500, memungkinkan peluncuran kooperatif dan pembaruan lintasan rudal secara real-time. 

Motor dual-pulse memberikan dorongan tambahan di fase akhir penerbangan, memperluas zona “tanpa pelarian” dan memaksa musuh menghabiskan sumber daya secara drastis.

Respons TNI AU

Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal M Tonny Harjono pernah menanggapi rumor beredar yang menyebutkan TNI Angkatan Udara (AU) telah menyetujui pembelian sebanyak 42 unit jet tempur China J-10.

Rumor yang beredar menyebutkan TNI AU telah memberikan persetujuan prinsip untuk membeli 42 jet tempur J-10 dari China.

Rumor juga menyebutkan jika kontraknya disetujui, pesawat tersebut akan terbang bersama Rafale yang dibeli dari Prancis. 

Dalam sebuah wawancara pada akhir Mei di Cilangkap, Jakarta, Marsekal Tonny Harjono, ketika itu, mengakui ada pandangan ke arah sana.

"Ada pandangan ke sana," kata Tonny di Markas Besar TNI AU.

Akan tetapi, lanjut dia, penentuan pembelian alutsista perlu memerlukan proses yang matang dan waktu yang panjang.

Proses tersebut, kata dia, turut melibatkan Dewan Penentu Alutsista atau Wantuwada.

"Jadi untuk penentuan alutsista juga tidak hanya, "ya saya beli ini". Ada Dewan Penentu Alutsista atau Wantuwada, itu melalui rapat, pertimbangan ini itu, dan kita bicarakan tidak dalam waktu singkat. Jadi prosesnya tetap ada. Kita juga negara non aligned, tidak berpihak ke salah satu blok. Dari mana saja kita bersahabat baik," ungkapnya.

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan