Senin, 29 September 2025

Program Makan Bergizi Gratis

Ragam Alasan BGN soal Penyebab Keracunan MBG: Dulu Buntut Masak Terlalu Lama, Kini karena SPPG Baru

BGN memberikan beberapa alasan berbeda terkait masih masifnya insiden keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) di beberapa wilayah.

/SURYA/PURWANTO
PENYEBAB KERACUNAN MBG - Siswa menunjukan menu saat pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN Lowokwaru 3 Kota Malang, Jawa Timur, Senin (13/1/2025). Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana memberikan beberapa alasan berbeda terkait masih masifnya insiden keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) di beberapa wilayah. Pada bulan Mei 2025, Dadang menyebut salah satu penyebab keracunan karena makanan dimasak terlalu lama. Sementara pada Kamis (18/9/2025) hari ini, dia mengatakan penyebabnya karena adanya SPPG baru. SURYA/PURWANTO 

TRIBUNNEWS.COM - Keracunan terhadap siswa penerima Makan Bergizi Gratis (MBG) di berbagai terus terjadi sejak pertama kali diresmikan pada 6 Januari 2025 lalu.

Terbaru, keracunan dialami oleh 251 siswa di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah (Sulteng) pada Rabu (17/9/2025) kemarin.

Dikutip dari Tribun Palu, keracunan diduga akibat olahan ikan cakalang dalam menu MBG yang disebut kondisinya sudah tidak layak konsumsi.

Masih di provinsi yang sama, peristiwa serupa juga terjadi di Kota Baubau, Pulau Buton, Sulteng pada Selasa (16/9/2025).

Menurut sampel yang diambil oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Baubau, ada keterangan bahwa ayam yang disajikan berbau, berlendir, dan berbusa.

Terkait keracunan yang terjadi, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana sempat menyebut penyebabnya adalah adanya bahan baku makanan yang sudah tidak layak disajikan.

Baca juga: Banyak Siswa Keracunan MBG di Daerah, Ketua DPD Minta BGN Kurangi Jumlah Penerima Pada Setiap SPPG

Pernyataan Dadan ini mengomentari keracunan MBG yang terjadi pada medio Mei 2025 lalu yang terjadi di berbagai wilayah.

Selain itu, Dadan juga mengatakan penyebab terjadinya keracunan karena pihak Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) terlalu lama dalam memasak makanan dan diimbau untuk mempercepat prosesnya.

"Kejadian di Sukoharjo kemudian juga kejadian di Pali, Sumatra Selatan itu karena processing terlalu lama, termasuk di Bandung dan di Tasikmalaya sehingga kita meminta sekarang seluruh SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) memasaknya tidak terlalu lama antara waktu memasak dengan penyiapan," ujar Dadan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR di Senayan, Jakarta Pusat pada 21 Mei 2025 lalu, dikutip dari YouTube Parlemen TV.

Dadan juga menjelaskan peristiwa keracunan ketika itu lantaran makanan yang disjaikan tidak kunjung dikonsumsi oleh siswa.

Adapun penjelasan ini berkaca dari kasus keracunan MBG di Batang, Jawa Tengah, saat itu di mana siswa baru mengonsumsinya pada siang hari setelah mengikuti acara sekolah.

Dia mengungkapkan, berkaca dari kasus tersebut, maka diharapkan adanya peningkatan prtokol keamanan saat proses pengantaran makanan dari SPPG ke sekolah dan imbauan bagi sekolah agar segera mengonsumsi makanan MBG.

Selanjutnya, Dadan mewanti-wanti agar makanan segera diganti menu lain ketika rasa atau tekstur makanan sudah berubah.

Ia pun mewajibkan adanya uji organoleptik terkait tampilan, aroma, rasa, tekstur, dan lain-lain.

"Baik itu (keracunan MBG) di Bogor, di Cianjur, kemudian di Bandung, di Tasikmalaya, itu kejadiannya justru terjadi pada satuan-satuan pelayanan yang sudah 3-4 bulan melakukan distribusi makanan,"

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan