Demonstrasi di Berbagai Wilayah RI
Ledakan Hoaks di Tengah Demonstrasi, Pers Diminta Jadi Penangkal Utama
Ledakan Hoaks Perburuk Ketegangan Aksi Demonstrasi di Indonesia. Untuk itulah peran pers harus membantu hindari hoaks.
Editor:
Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) mengingatkan adanya ledakan arus informasi hoaks yang beredar di media sosial di tengah periode aksi demonstrasi besar-besaran yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia.
Demonstrasi di beberapa wilayah Indonesia terjadi merupakan buntut dari protes kenaikan tunjangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI hingga diperparah insiden driver ojek online (ojol), Affan Kurniawan yang tewas dilindas mobil rantis Brimob, saat aksi di Pejompongan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (28/8/2025).
Kini aksi protes berlanjut di sosial media, berserta dengan menggaungnya Tuntutan Rakyat 17+8, hingga tuntutan lainnya.
Selain segala rupa tuntutan warganet, beriringan dengan gelombang informasi palsu yang dinilai memperburuk eskalasi ketegangan dengan memunculkan kekerasan, penjarahan, hingga represi aparat.
Ketua Presidium Mafindo, Septiaji Eko Nugroho mengungkapkan sejumlah contoh hoaks yang sempat viral dan menimbulkan keresahan publik.
Salah satunya adalah video kerusuhan di Baghdad, Irak, yang diklaim sebagai peristiwa di Jakarta. Selain itu, beredar pula klaim penjarahan di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Mall Atrium Senen, Jakarta Pusat, yang ternyata tidak benar.
Menurut pria yang karib disapa Zek ini menyebut tren penyebaran hoaks kini semakin berbahaya karena sebagian sudah menggunakan teknologi artificial intelligence (AI) berupa deepfake.
“Publik sulit mengidentifikasi secara cepat, sehingga malah tergocek. Akibatnya muncul ketidakpastian, kemarahan, hasutan kebencian, dan aksi kekerasan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (7/9/2025).
Mafindo menilai derasnya arus informasi palsu ini menjadi tantangan serius bagi masyarakat, media, dan pemerintah.
Upaya literasi digital dan kemampuan memverifikasi informasi dinilai krusial agar publik tidak mudah terprovokasi oleh kabar menyesatkan, terutama saat momentum krisis sosial dan politik yang rawan penyalahgunaan informasi.
Peran Pers Terkini
Di tengah ledakan arus informasi bohong (hoaks) yang marak di media sosial saat aksi demonstrasi besar-besaran, peran pers dinilai krusial untuk menghadirkan informasi yang benar, akurat, dan terverifikasi.
Fungsi pers sebagai pilar keempat demokrasi menjadi penyeimbang sekaligus penggeser berita hoaks yang berpotensi memperkeruh suasana.
Direktur Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) Nurcholis MA Basyari menyebut karya jurnalistik dikatakan layak tayang di mana harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
- Tidak melanggar UU, KEJ, PPMS serta peraturan tentang pers.
- Dan harus memenuhi unsur-unsur:
Sumber: TribunSolo.com
Demonstrasi di Berbagai Wilayah RI
Bareskrim: Total 959 Orang jadi Tersangka Demo Rusuh Agustus, 295 Anak Terlibat |
---|
Trauma Kasus Kematian Mahasiswa Unnes, Keluarga Tolak Kompolnas Datang Bersama Polisi |
---|
Kapolri Hingga Presiden Digugat Seorang Mahasiswa ke Pengadilan Buntut Demo Berujung Ricuh |
---|
Hendropriyono Sebut Pihak Asing Dalang Demo di DPR, Rommy PPP: Saya Pastikan Tidak Ada |
---|
Elite Nasdem Bicara Soal Nasib Ahmad Sahroni Sebagai Anggota DPR: Kita Lihat Saja Hasil di MKD |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.