Demo di Jakarta
Organisasi Lintas Agama di Jakarta Sampaikan Duka Cita atas Tewasnya Affan: Harus Hadirkan Keadilan
Pemimpin lintas agama menyerukan agar seluruh umat beragama di Jakarta menahan diri, tetap tenang, dan tidak terprovokasi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Majelis agama dan organisasi keagamaan di DKI Jakarta bersatu menyampaikan sikap tegas terkait tragedi unjuk rasa yang berujung ricuh pada 28 Agustus 2025 lalu.
Dalam peristiwa itu, seorang pengemudi ojek daring bernama Affan Kurniawan meninggal dunia akibat terkena benturan saat aparat Brimob melakukan tindakan taktis.
Peristiwa ini dinilai mencederai hak konstitusional warga dan menelanjangi wajah kekerasan negara yang terus berulang.
Organisasi keagamaan yang mengeluarkan pernyataan sikap tersebut adalah:
- Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta
- Nahdlatul Ulama,
- Muhammadiyah,
- Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGIW),
- Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI),
- Walubi,
- Matakin.
Mereka menyampaikan duka cita mendalam atas meninggalnya Affan dan mendoakan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan.
Selain itu, para pemimpin lintas agama menyerukan agar seluruh umat beragama di Jakarta menahan diri, tetap tenang, dan tidak terprovokasi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Penyampaian aspirasi, kata mereka, hendaknya dilakukan dengan menjunjung tinggi nilai keagamaan dan kasih sayang, baik di ruang publik maupun di media sosial.
“Segala bentuk penyampaian pendapat atau penyaluran kekecewaan secara anarkis hanya mencederai ajaran agama dan semangat persaudaraan yang rukun dan damai,” tulis pernyataan bersama tersebut.
Mereka juga mendesak agar pimpinan lembaga eksekutif, legislatif, maupun yudikatif mengembangkan sikap bijak dan berpihak kepada masyarakat kecil yang lemah dan terpinggirkan. Keputusan yang diambil, tegasnya, jangan sampai merugikan rakyat Indonesia.
Para tokoh lintas agama berharap momentum ini bisa dijadikan kesempatan oleh pimpinan republik untuk memperkuat kepercayaan masyarakat lewat pelayanan yang tulus, adil, dan bijaksana.
“Rakyat tidak boleh merasa dikhianati. Kepemimpinan harus menghadirkan keadilan, kerukunan, serta kesejahteraan bersama,” tegas mereka.
Pernyataan tersebut ditandatangani oleh enam tokoh lintas agama, antara lain KH. Muhammad Faiz Syukron Makmun (MUI DKI), KH. Achmad Abubakar (Muhammadiyah DKI), Pdt. Ariyanus Larosa (PGIW), I Nengah Darma (PHDI), Mulyadi (Walubi), dan Ws. Liem Liliany Lontoh (Matakin).
Kenapa Tragedi Affan Kurniawan Akhirnya Berujung pada Demo di Berbagai Daerah?
Korban Sipil Tak Bersalah
Affan bukan peserta aksi. Ia hanya sedang mengantar pesanan makanan dan terjebak di tengah kerumunan saat kendaraan taktis melaju kencang.
Fakta bahwa korban adalah warga biasa yang sedang bekerja untuk menghidupi keluarganya memicu kemarahan moral publik.
Affan menjadi simbol ketimpangan: rakyat kecil yang berjuang di tengah krisis ekonomi, sementara elite politik justru disorot karena kenaikan tunjangan dan gaji yang dianggap tidak proporsional.
Tragedi ini memperkuat narasi bahwa negara gagal melindungi warganya.
Demo di Jakarta
Datangi Polda Metro, Sejumlah Mahasiswa UI Minta Delpedro Cs Dibebaskan Tanpa Syarat |
---|
Polisi Sudah Cek Tahanan yang Disebut Mogok Makan, Jatah Konsumsi Tiga Kali Sehari Selalu Habis |
---|
Melihat Kegiatan Prajurit TNI-Polri di Gedung DPR, Isi Waktu Luang dengan Olahraga saat Tak Berjaga |
---|
Kabid Humas Polda Metro Bantah Akses Jenguk Tahanan Demo Dibatasi: Hak-hak Tersangka Pasti Dipenuhi |
---|
Pengamat Iftitahsari Sebut Kasus Delpedro Marhaen Tak Bisa Gunakan Restorative Justice |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.