Rabu, 1 Oktober 2025

Dari Lemari ke Pasar: Barang Preloved Jadi Gaya Hidup Baru Anak Muda Jakarta

Berburu barang preloved menjadi simbol perlawanan terhadap budaya konsumtif sekaligus langkah nyata menuju gaya hidup berkelanjutan.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Erik S
Istimewa
BARANG BEKAS LAYAK PAKAI - Di tengah maraknya fast fashion dan masalah limbah tekstil, generasi muda Jakarta menciptakan tren baru: berburu barang preloved (barang bekas yang masih dalam kondisi baik dan layak pakai Garage Sale menjadi tempat yang bagus untuk berburu barang preloved (ist)    

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tengah maraknya fast fashion dan masalah limbah tekstil, generasi muda Jakarta menciptakan tren baru: berburu barang preloved (barang-barang bekas yang masih dalam kondisi baik dan layak pakai).

Lebih dari sekadar belanja hemat, tren ini menjadi simbol perlawanan terhadap budaya konsumtif sekaligus langkah nyata menuju gaya hidup berkelanjutan.

Fenomena preloved berawal dari kesadaran sederhana: banyak pakaian di lemari yang jarang dipakai, namun masih layak.

Baca juga: Jual Baju Preloved, Tamara Tyasmara Temukan Kebahagiaan Baru

Anak muda Jakarta menghidupkan kembali barang-barang ini melalui garage sale, menjadikannya ruang berbagi sekaligus peluang bisnis baru. 

“Ini bukan cuma soal transaksi, tapi menciptakan pengalaman belanja yang menyenangkan dan terjangkau,” ujar Sakti, penggagas Garage Sale Jakarta yang terinspirasi dari flea market luar negeri.

Menurut Sakti, konsep flea market yang menggabungkan belanja barang bekas dengan suasana sosial yang meriah menjadi daya tarik utama untuk menghadirkan pengalaman serupa di Jakarta.

Tren preloved juga menjawab masalah serius industri mode.

Menurut data PBB, industri fashion menyumbang 10 persen emisi karbon global dan jutaan ton limbah tekstil setiap tahun.

Dengan memperpanjang siklus hidup pakaian, preloved mengurangi dampak lingkungan sekaligus mengedukasi konsumen untuk berbelanja lebih bijak.

Selain ramah lingkungan, tren ini membuka peluang bagi UMKM thrift untuk berkembang.

Garage sale di Jakarta memberi panggung rutin di berbagai lokasi, memungkinkan tenant menjangkau audiens baru setiap bulan.

“Kami ingin menciptakan ruang di mana UMKM lokal bisa tumbuh sekaligus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya konsumsi berkelanjutan,” katanya.

Berbeda dari pasar loak tradisional, garage sale modern menghadirkan pengalaman belanja yang atraktif dengan musik, penampilan band atau DJ, serta workshop komunitas, menciptakan suasana yang hangat dan sosial.

Sejarah dan Transformasi Garage Sale

Tradisi garage sale memiliki akar pada masa kolonial Hindia-Belanda di abad ke-19. Saat pejabat Belanda menyelesaikan tugasnya di Indonesia, mereka mengadakan lelang barang pribadi seperti perabot, pakaian, dan peralatan dapur sebelum kembali ke Eropa.

Lelang ini bukan hanya transaksi, tetapi juga ajang sosial yang mempertemukan berbagai kalangan masyarakat, menjadi cikal bakal garage sale modern.

Istilah “garage sale” sendiri berasal dari budaya Amerika, di mana orang menjual barang bekas di halaman atau garasi rumah.

Baca juga: Sandiaga Uno Ungkap Peluang Potensi UMKM dari Barang Preloved Artis Ternama Indonesia

Di Indonesia, konsep ini mulai populer pada awal 2010-an, terutama di kalangan urban yang mengadopsi gaya hidup minimalis dan sadar lingkungan.

Karena tidak semua rumah di Indonesia memiliki garasi, garage sale beradaptasi menjadi bazar, pop-up market, atau thrift festival, sering diadakan di halaman rumah, taman kompleks, kafe, atau ruang komunitas, melibatkan komunitas lokal, influencer, dan UMKM.

Makna Lebih dari Sekadar Belanja

Setiap baju, tas, atau sepatu preloved yang berpindah tangan bukan hanya soal harga hemat. Ini adalah simbol perubahan gaya hidup generasi muda Jakarta—melawan fast fashion dengan cara sederhana, kreatif, dan berkelanjutan.

“Kami berharap tren ini terus berkembang, tidak hanya mengurangi limbah fashion, tetapi juga mendukung UMKM lokal dan menawarkan alternatif belanja ramah lingkungan,” kata Sakti.

Dengan semakin besarnya minat publik, tren ini diharapkan terus tumbuh, mengurangi limbah fashion, mendukung UMKM lokal, dan menawarkan alternatif belanja ramah lingkungan bagi masyarakat urban.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved