Minggu, 5 Oktober 2025

Ephorus HKBP Serukan Penutupan PT TPL: Sudah Banyak Korban Jiwa, Masyarakat Batak Terpecah

Ribuan masyarakat adat Toba menggelar aksi damai bertajuk Doa Bersama Merawat Lingkungan Hidup di Tugu Proklamasi.

Tribunnews/Rizki Sandi Saputra
KONFLIK PT TPL - Ephorus Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Pdt. Victor Tinambunan saat ditemui awak media di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, usai aksi doa bersama merawat lingkungan hidup, Senin (18/8/2025) pagi. Victor mendesak PT TPL di kawasan Danau Toba ditutup. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Ribuan masyarakat adat Toba bersama jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) menggelar aksi damai bertajuk Doa Bersama Merawat Lingkungan Hidup di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (18/8/2025). 

Dalam aksi tersebut, mereka menyerukan penghentian operasional PT Toba Pulp Lestari (TPL) yang berlokasi di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara.

Ephorus HKBP, Pdt Victor Tinambunan, menyampaikan bahwa kehadiran PT TPL telah membawa dampak buruk yang dirasakan langsung oleh masyarakat Tapanuli Raya. 

Menurutnya, kerusakan lingkungan yang terjadi sejak perusahaan berdiri telah menimbulkan bencana alam dan korban jiwa.

"Doa, orasi, dan sambutan hari ini adalah bentuk kepedulian terhadap Tapanuli Raya yang alamnya kini rusak parah akibat kehadiran PT TPL," ujar Victor di tengah aksi.

Ephorus HKBP adalah jabatan tertinggi dalam struktur kepemimpinan Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). 

Dalam tradisi gereja ini, Ephorus berperan sebagai pemimpin rohani sekaligus organisatoris yang mengarahkan visi, pelayanan, dan kebijakan gereja di seluruh wilayah Indonesia maupun diaspora Batak di luar negeri.

Adapun HKBP adalah singkatan dari Huria Kristen Batak Protestan, sebuah gereja Protestan terbesar di Indonesia yang berasal dari masyarakat Batak, khususnya Batak Toba

Gereja ini memiliki akar teologi Lutheran dan Reformed, dan telah menjadi pusat kehidupan spiritual, sosial, dan budaya bagi jutaan orang Batak sejak didirikan pada 7 Oktober 1861 di Sipirok, Sumatera Utara.

Baca juga: Gelar Doa Bersama di Tugu Proklamasi, Ratusan Jemaat HKBP & Warga Batak Minta Presiden Tutup PT TPL

Kembali ke Pdt Victor Tinambunan, ia menegaskan bahwa HKBP memegang prinsip spiritual yang kuat: doakan apa yang kamu kerjakan, kerjakan apa yang kamu doakan. 

Prinsip ini menjadi landasan moral dalam menyuarakan keprihatinan terhadap kerusakan lingkungan.

Victor memaparkan bahwa dampak paling nyata dari aktivitas PT TPL adalah meningkatnya kejadian tanah longsor yang telah merenggut banyak nyawa. 
Selain itu, pembukaan lahan secara masif telah mengurangi luas hutan secara drastis, memperparah risiko bencana.

"Sejak TPL berdiri, sudah banyak korban jiwa akibat longsor. Sungai-sungai yang dulu mengalir deras kini mengering. Saat musim hujan, banjir melanda. Saat kemarau, air sungai habis. Bahkan ikan-ikan pun mati karena pestisida," tegasnya.

Tak hanya dampak ekologis, Victor juga menyoroti keretakan sosial yang terjadi di tengah masyarakat Batak. 

Ia menyayangkan bahwa solidaritas dan kekerabatan yang selama ini menjadi kekuatan masyarakat kini mulai terpecah.

"Dulu, orang Batak sangat menjunjung tinggi kekerabatan. Tapi sekarang, satu keluarga bisa berkonflik, satu kampung bisa terpecah, bahkan sesama saudara pun berselisih karena perbedaan sikap terhadap TPL," ungkapnya.

Victor mengakui bahwa ada sekitar 16 ribu warga yang menggantungkan hidupnya pada PT TPL. 

Namun, menurutnya, jumlah tersebut tidak sebanding dengan 3,4 juta penduduk Tapanuli Raya yang terdampak negatif.

"Kami peduli pada mereka yang bekerja di TPL. Tapi kita harus lebih peduli pada jutaan warga yang menjadi korban. Bahkan generasi yang belum lahir pun akan menanggung akibatnya," tuturnya.

Baca juga: Martin Manurung Sebut Pernyataan Ephorus HKBP soal TPL Bukan Untuk Diperdebatkan

Aksi doa bersama ini juga diwarnai dengan orasi dari para pemimpin organisasi masyarakat Kristen serta penampilan seni budaya. 

Sebelumnya, para jemaat dan warga Batak melakukan long march dari kantor Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) di Jalan Salemba Raya menuju Tugu Proklamasi sebagai bentuk solidaritas dan kepedulian terhadap lingkungan hidup.

Mengenal PT TPL

PT Toba Pulp Lestari Tbk (TPL) adalah perusahaan industri pulp asal Indonesia yang beroperasi di Sumatera Utara, khususnya di sekitar kawasan Danau Toba. 

Perusahaan ini didirikan pada tahun 1983 dengan nama awal PT Inti Indorayon Utama, dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1989.

Profil Singkat PT TPL
  • Jenis usaha: Produksi pulp dari kayu eukaliptus
  • Lokasi pabrik: Desa Pangombusan, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba, Sumatera Utara
  • Kantor pusat: Medan, Sumatera Utara
  • Pemilik utama: Pinnacle Company Pte Ltd, yang mengambil alih saham mayoritas sejak 2007
Kontroversi dan Dampak Lingkungan

Sejak awal berdirinya, PT TPL kerap menuai kritik dari masyarakat adat dan aktivis lingkungan karena:

  • Eksploitasi hutan besar-besaran
  • Perampasan tanah adat
  • Kerusakan ekosistem sungai dan hutan
  • Pencemaran lingkungan akibat penggunaan pestisida dan limbah industri3

Banyak warga lokal menuntut penutupan perusahaan ini karena dinilai lebih banyak menimbulkan kerugian sosial dan ekologis daripada manfaat ekonomi. 

Bahkan, perusahaan ini sempat ditutup sementara pada tahun 1990-an karena tekanan dari masyarakat adat, sebelum dibuka kembali pada 2003 dengan pendekatan baru.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved