Ephorus HKBP Serukan Penutupan PT TPL: Sudah Banyak Korban Jiwa, Masyarakat Batak Terpecah
Ribuan masyarakat adat Toba menggelar aksi damai bertajuk Doa Bersama Merawat Lingkungan Hidup di Tugu Proklamasi.
Penulis:
Rizki Sandi Saputra
Editor:
Dodi Esvandi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Ribuan masyarakat adat Toba bersama jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) menggelar aksi damai bertajuk Doa Bersama Merawat Lingkungan Hidup di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (18/8/2025).
Dalam aksi tersebut, mereka menyerukan penghentian operasional PT Toba Pulp Lestari (TPL) yang berlokasi di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara.
Ephorus HKBP, Pdt Victor Tinambunan, menyampaikan bahwa kehadiran PT TPL telah membawa dampak buruk yang dirasakan langsung oleh masyarakat Tapanuli Raya.
Menurutnya, kerusakan lingkungan yang terjadi sejak perusahaan berdiri telah menimbulkan bencana alam dan korban jiwa.
"Doa, orasi, dan sambutan hari ini adalah bentuk kepedulian terhadap Tapanuli Raya yang alamnya kini rusak parah akibat kehadiran PT TPL," ujar Victor di tengah aksi.
Ephorus HKBP adalah jabatan tertinggi dalam struktur kepemimpinan Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP).
Dalam tradisi gereja ini, Ephorus berperan sebagai pemimpin rohani sekaligus organisatoris yang mengarahkan visi, pelayanan, dan kebijakan gereja di seluruh wilayah Indonesia maupun diaspora Batak di luar negeri.
Adapun HKBP adalah singkatan dari Huria Kristen Batak Protestan, sebuah gereja Protestan terbesar di Indonesia yang berasal dari masyarakat Batak, khususnya Batak Toba.
Gereja ini memiliki akar teologi Lutheran dan Reformed, dan telah menjadi pusat kehidupan spiritual, sosial, dan budaya bagi jutaan orang Batak sejak didirikan pada 7 Oktober 1861 di Sipirok, Sumatera Utara.
Baca juga: Gelar Doa Bersama di Tugu Proklamasi, Ratusan Jemaat HKBP & Warga Batak Minta Presiden Tutup PT TPL
Kembali ke Pdt Victor Tinambunan, ia menegaskan bahwa HKBP memegang prinsip spiritual yang kuat: doakan apa yang kamu kerjakan, kerjakan apa yang kamu doakan.
Prinsip ini menjadi landasan moral dalam menyuarakan keprihatinan terhadap kerusakan lingkungan.
Victor memaparkan bahwa dampak paling nyata dari aktivitas PT TPL adalah meningkatnya kejadian tanah longsor yang telah merenggut banyak nyawa.
Selain itu, pembukaan lahan secara masif telah mengurangi luas hutan secara drastis, memperparah risiko bencana.
"Sejak TPL berdiri, sudah banyak korban jiwa akibat longsor. Sungai-sungai yang dulu mengalir deras kini mengering. Saat musim hujan, banjir melanda. Saat kemarau, air sungai habis. Bahkan ikan-ikan pun mati karena pestisida," tegasnya.
Tak hanya dampak ekologis, Victor juga menyoroti keretakan sosial yang terjadi di tengah masyarakat Batak.
Ia menyayangkan bahwa solidaritas dan kekerabatan yang selama ini menjadi kekuatan masyarakat kini mulai terpecah.
Klarifikasi PT Toba Pulp Lestari Tbk, Tegaskan Kepatuhan Lingkungan dan Komitmen Sosial |
![]() |
---|
Martin Manurung Sebut Pernyataan Ephorus HKBP soal TPL Bukan Untuk Diperdebatkan |
![]() |
---|
Delegasi Indonesia Suguhkan Tari Kreasi Berbasis Tradisi Batak Toba di Powerful Daegu Festival 2025 |
![]() |
---|
Menteri HAM Bagikan Sertifikat Sahabat HAM kepada 2.078 Civitas Akademika HKBP Nomensen |
![]() |
---|
Orangtua Tunanetra, Gadis Siantar Ini Lulus Kuliah dengan Predikat Cumlaude IPK 3,74 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.