Senin, 29 September 2025

HUT Kemerdekaan RI

WAWANCARA EKSKLUSIF: Putra Amrozi, Pelaku Bom Bali — Dari Bayang Teror ke Pengibar Merah Putih

Putra Amrozi, pelaku Bom Bali I, mengungkap titik balik hidupnya: dari dendam dan kemarahan menuju perdamaian dan cinta tanah air.

|
Surya.co.id/Ahmad Zaimul Haq
WAWANCARA EKSKLUSIF - Zulia Mahendra, putra sulung almarhum Amrozi bin Nurhasyim—pelaku Bom Bali I—saat diwawancarai di Lamongan, Jawa Timur, Sabtu (16/8/2025). Dalam wawancara eksklusif ini, ia mengungkap titik balik hidupnya dari kemarahan masa lalu menuju semangat persatuan dan cinta tanah air.  

 
Apakah Anda merasa dilindungi dan dirangkul oleh negara?

Mahendra: Soal dilindungi, itu persepsi masing-masing. Yang penting kita mandiri dulu. Dukungan dan doa itu ada, dan dari pemerintah juga ada kebijakan yang baik. Memang kadang ada oknum yang memancing masalah, tapi kami coba meminimalisir pemikiran negatif. Fokus pada hal-hal positif dan kerja nyata.

 
Banyak kalangan yang mengira anda akan 'dendam kesumat' karena kecewa, marah orang tua anda dieksekusi. Setidaknya itu ditunjukkan dengan sikap anda yang kala itu anda membentangkan kain rentang bertuliskan 'Saya Akan Teruskan Perjuangan Abi'. Apakah semua itu sudah hilang?

Mahendra: Hilang sepenuhnya belum, itu manusiawi. Tapi, saya selalu berusaha berpikir positif. Apa yang saya lakukan sekarang adalah hal baik. Saya bersosialisasi, membuka lembaran baru, dan berusaha melakukan yang terbaik.


Seberapa marah Anda saat itu, hingga sempat meminta diajari strategi perang dan cara membuat bom oleh paman anda Ali Fauzi yang juga mantan teroris, kombatan ?

Mahendra: Kalau saat itu memang emosi. Bagaimana sih kalau anak kehilangan bapaknya dieksekusi seperti itu. Kalau dulu kita lakukan, apakah yang dilakukan berdampak baik atau tidak, sampai minta belajar (membuat bom) tidak diajarin, sampai bikin petasan atau apa itu.

Sampai saya belajar. Besik-besik sudah belajar semua.

Cuma balik lagi dukungan dari keluarga ada, pendekatan pemerintah  juga ada. Kalau dulu yang berpengaruh dengan saya itu, betul, yang berpengaruh dan merayu pertama itu Suhardi Alius (eks kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme/BNPT).

Pesannya, "Ndak usah berbuat yang aneh- aneh, kamu bekerja saja. Dalam pekerjaan pasti ada kekurangan sedikit  bisa dikondisikan." Dalam artian tidak sepenuhnya melengkapi semua peraturan. Bekerja dulu lah.

Memang dalam bekerja bisa menggurangi pemikirian yang semacam itu.

Sama seperti mantan napiter pada umumnnya. Awalnya karena tidak ada pekerjaaan, atau kemampuan masing- masing orang.

 
Apa yang membuat Anda merasa dendam terhadap negara dan masyarakat saat itu?

Mahendra: Hilangnya nyawa seorang ayah dan ada bekas tembakan yang diperlihatkan itu, pas di rumah mau dimakamkan. Itu yang membuat awalnya buat kemarahan saya.

 
Seberapa damai Anda sekarang?

Mahendra: Saya coba untuk damai. Kalau ditanya seberapa damai, itu tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Tapi, saya berusaha untuk damai.

Halaman
123
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan