Senin, 29 September 2025

HUT Kemerdekaan RI

WAWANCARA EKSKLUSIF: Putra Amrozi, Pelaku Bom Bali — Dari Bayang Teror ke Pengibar Merah Putih

Putra Amrozi, pelaku Bom Bali I, mengungkap titik balik hidupnya: dari dendam dan kemarahan menuju perdamaian dan cinta tanah air.

|
Surya.co.id/Ahmad Zaimul Haq
WAWANCARA EKSKLUSIF - Zulia Mahendra, putra sulung almarhum Amrozi bin Nurhasyim—pelaku Bom Bali I—saat diwawancarai di Lamongan, Jawa Timur, Sabtu (16/8/2025). Dalam wawancara eksklusif ini, ia mengungkap titik balik hidupnya dari kemarahan masa lalu menuju semangat persatuan dan cinta tanah air.  

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTAZulia Mahendra (40), putra sulung dari almarhum Amrozi bin Nurhasyim—salah satu pelaku Bom Bali I (12 Oktober 2002)—mengungkap perjalanan emosional dan spiritualnya dalam menyikapi kemerdekaan Indonesia. 

Dalam wawancara eksklusif bersama reporter SURYA.co.id, Hanif Manshuri, di Lamongan, Jawa Timur, Sabtu (16/8/2025), Mahendra menceritakan bagaimana kemarahan masa lalu terhadap negara perlahan berubah menjadi semangat perdamaian dan persatuan.

Mahendra mengaku pernah bersumpah untuk melanjutkan perjuangan ayahnya, bahkan sempat membentangkan kain rentang bertuliskan “Saya Akan Teruskan Perjuangan Abi.”

Kemarahan itu memuncak saat dirinya mengetahui sang ayah dieksekusi pada November 2008.

Namun, titik balik terjadi ketika ia mulai merasakan kedamaian dan memilih jalan sosial. Bahkan, Mahendra kini mencintai Indonesia dan pernah menjadi petugas pengibar Bendera Merah Putih pada HUT Kemerdekaan ke-72 tahun 2017—sebuah momen bersejarah bagi dirinya yang selama belasan tahun enggan menghormati bendera merah putih.

Berikut kutipan wawancara selengkapnya:

Bagaimana Anda memaknai HUT Kemerdekaan ke-80 RI?

Mahendra: Kalau saya pribadi memaknai kemerdekaan tahun ini, kalau boleh sayan boleh ngomong, kebebasan dalam artian, kebebasan mengatur nasib bangsa, dengan adil, bersatu dan mandiri. 

Tapi, kita tetap tidak boleh melupakan perjuangan para pahlawan. Intinya, kita harus bisa menciptakan persatuan yang kokoh dan tidak selalu bergantung pada negara lain. Yang penting, kita bisa menentukan nasib bangsa sendiri.

 
Apa yang Anda lakukan untuk memeriahkan HUT RI? 

Mahendra: Kalau untuk memeriahkan seharusnya ada event-event yang saya rancang, atau saya ingin lakukan pada Agustus ini. Tapi, masih sibuk. Kita masih ada pekerjaan mencetak petarung di ring. Kita buka sekolah petarung cilik, anak remaja dan olah raga bagi ibu- ibu.

Sekarang seadanya dulu, kita membuat perlombaan biasa, perlombaan cilik perlombaan kampung.

Baca juga: Untold Story: Panglima Soedirman Pernah Minta Mundur, Tapi Ditolak Bung Karno

Dulu Anda sempat ingin mengikuti jejak almarhum ayah Anda. Apa yang membuat Anda berubah pikiran?

Mahendra: Saya melihat keluarga dulu. Saya tidak ingin kejadian seperti itu terulang lagi oleh anak-anak saya. Saya ingin hidup lebih baik, dan saya rasakan bahwa damai itu indah. Sekarang kami terjun ke kegiatan sosial, berusaha menjalani kehidupan yang baik.

Saya harapkan pemerintah juga punya kebijakan yang tidak menyengsarakan rakyat.

Halaman
123
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan