Pengamat Militer: Wakil Panglima TNI dari Kepala Staf Angkatan Akan Timbulkan Matahari Kembar
Pengisian jabatan Wakil Panglima oleh figur yang sedang atau pernah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan berpotensi menimbulkan ketegangan.
Penulis:
Gita Irawan
Editor:
Adi Suhendi
Sehingga, menurutnya perlu ada figur pendamping di level atas untuk membantu mengelola konsolidasi, mengawal pelaksanaan reformasi organisasi, dan menjaga kesinambungan agenda strategis.
"Tapi saya tetap menekankan bahwa urgensi ini hanya bisa dibenarkan jika posisi Wakil Panglima benar-benar difungsikan secara nyata dan produktif, bukan sekadar mengisi kekosongan atau menampung figur tertentu," ungkap dia.
Kalkulasi Politik Presiden
Dalam praktik politik pertahanan terutama di level puncak seperti ini, menurutnya, tentu Presiden akan mempertimbangkan banyak aspek.
Hal itu, lanjut dia, termasuk dinamika politik internal TNI, relasi antarmatra, serta konstelasi politik nasional.
Presiden Prabowo, menurutnya, sangat memahami pentingnya menjaga soliditas internal TNI.
Karena itu, kata Fahmi, dalam memilih Wakil Panglima, beliau tidak hanya akan melihat rekam jejak dan kompetensi profesional, tetapi juga pertimbangan stabilitas, keseimbangan kekuatan, serta kesinambungan agenda pembangunan postur pertahanan.
Bila keputusan yang diambil dianggap terlalu berat ke satu matra tertentu terutama dalam konteks saat Panglima dan Wakilnya berasal dari matra yang sama, lanjut dia, maka kemungkinan akan ada langkah lanjutan untuk distribusi yang lebih proporsional di jabatan-jabatan strategis lain.
"Misalnya di posisi Kasum, Pangkogabwilhan, atau para pimpinan Kotama," kata Fahmi.
"Jadi menurut saya, penunjukan Wakil Panglima ini tidak bisa dilepaskan dari konteks politik pertahanan yang lebih luas. Dan di situlah kelihaian serta kalkulasi strategis Presiden akan sangat menentukan," pungkasnya.
Sekilas Tentang ISSES dan Sosok Khairul Fahmi
Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) didirikan Khairul Fahmi pada 2013.
Khairul Fahmi pernah mengenyam pendidikan di Program Studi Ilmu Politik Universitas Airlangga.
Ia memang sudah tertarik dengan isu-isu pertahanan sejak duduk di bangku kuliah.
Semasa kuliah, ia aktif di Unit Kegiatan Resimen Mahasiswa (Menwa) dan ditunjuk menjadi Komandan Menwa Unair pada 1997-1999. Selepas kuliah pria kelahiran Mataram Nusa Tenggara Barat (NTB) tersebut pernah menjadi jurnalis hingga menjadi redaktur pelaksana sebuah media di Jakarta.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.