Senin, 29 September 2025

Pesawat Latih Jatuh di Bogor

Kisah Marsma Fajar, Pernah Duel Udara dengan Pesawat Tempur AS Saat Berpangkat Kapten di Bawean

Marsma Fajar melakukan manuver manuver agar lepas dari kuncian jet tempur AS di langit Bawean, Gresik, Jawa Timur tahun 2003

Editor: Erik S
wikipedia
KECELAKAAN PESAWAT - Marsekal Pertama (Marsma) TNI Fajar Adriyanto saat masih menerbangkan pesawat tempur F-16. Ia gugur dalam kelakaan pesawat latih FASI di Kecamatan Ciampea, Bogor, Jawa Barat, Minggu, 3 Agustus 2025. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-  Marsekal Pertama atau Marsma TNI Fajar Adriyanto tewas dalam kecelakaan pesawat latih di Ciampea, Bogor, Jawa Barat, Minggu (3/8/2025).

Marsma TNI Fajar adalah perwira tinggi TNI AU dari Korps Penerbang Tempur.  Pada tahun 2003, Fajar yang saat itu masih berpangkat Kapten pernah terlibat duel udara dengan pesawat-pesawat F/A-18 Hornet, Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy).

Marsma Fajar menceritakan momen menegangkan pesawat F-16 lolos usai dikunci rudal atau missile lock pesawat Angkatan Laut AS di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, pada tahun 2003.

Baca juga: Hadi Tjahjanto Sempat Tak Percaya Marsma Fajar Tewas Akibat Kecelakaan Pesawat, Ini Alasannya

Marsma Fajar menceritakan tim penerbang AU menyergap 5 unit pesawat F/A-18 Hornet yang melintas di wilayah udara Indonesia tanpa izin. 

Marsma Fajar menggunakan Falcon 1 TS-1603 bersama Kapten Ian. 

Sementara, satu F-16 lainnya, Falcon 2 TS-1602 dikendalikan Kapten Tonny/Kapten Satriyo.

Mereka terbang dari Pangkalan Udara (Lanud) Iswahjudi.

Kedua pesawat tempur AU itu sempat melakukan semacam perang elektronik dengan jet AS. 

"Kita di-locked ya dari sana, kita kalau di-locked sama radar, sama rudal juga itu bunyi," kata Marsma Fajar Adriyanto dikutip dari Brigade Podcast Kompas.com yang tayang 3 Juli 2024.

Namun, Marsma Fajar Adriyanto menuturkan dirinya juga melakukan locked atau pengucian terhadap pesawat AS. 

Ia lalu bercerita saat pesawat F-16 TNI AU melakukan manuver agar lepas dari lock jet tempur AS. Manuver tersebut yakni pesawat TNI AU melakukan belok secara tiba-tiba kanan dan kiri.

Lalu, lock pesawat AS lepas selama 15 detik. Kemudian, jet tempur TNI AU membalas dengan mengunci pesawat AS.

"Jadi tetap pesawat mereka tidak hilang dari radar kita. Kita pakai mode namanya auto supaya channel kita juga berganti-ganti jadi kalau lock kita di jam pindah channelnya gitu jadi selama perjalanan kita laksanakan semacam perang elektronik kita maksimalkan barang yang ada di kita meskipun kita mungkin kalah canggih ya dengan pesawat Amerika tapi kita enggak mau kalah," jelas Marsma Fajar Adriyanto. 

Baca juga: Kondisi Penerbang FASI yang Kecelakaan Bersama Marsma Fajar Sudah Siuman: Belum Bisa Bekomunikasi 

Saat bermanuver, Marsma Fajar mengungkapkan keuntungan saat F-16 milik TNI AU berhasil mengejar pesawat tempur AS.

Sedangkan satu pesawat Falcon 2 TNI AU diminta menjauh agar tidak terlihat dari pesawat AS.

"Hornet hampir dua-duanya ngejar kita, ngejar saya. Bisanya kalau memang saling deket dan saling tembak, saya jadi korban tapi nanti dua ini ya ditembak juga sama yang Falcon 2 seperti gitu nah dalam itulah kita ingat kita enggak boleh nembak dulu ya," imbuhnya.

Marsma Fajar mengingat pesan Komandan Skadron saat itu Letkol Penerbang Tatang Harlyansyah yang mendapatkan perintah dari Panglima TNI agar tidak boleh menembak.

Tim penerbang TNI AU hanya melakukan identifikasi. 

"Artinya bukan enggak boleh nembak, jangan nembak duluan kan, kalau nembak duluan berarti dia yang mengatakan perang," katanya.

"Amerika juga gak berani nembak juga ternyata dia hanya nge-locked aja. Nah selama perjalanan hampir 2 menit ya itu saling jaming tadi itu kita menghindar jaming, nge-locked lagi nah dia ngejaming terus kita pesawat F16 terbatas karena tidak punya alat jaming itu yang kita lakukan nah ketika kita ada sedikit keuntungan bermanuver," kata sambung Marsma Fajar.

Ia menceritakan saat jet tempur TNI AU melakukan manuver maka tiga pesawat AS kembali terbang dari kapal induk.

Baca juga: Si Bungsu Menangis dalam Pelukan Ibunda Saat Tiba di Rumah Duka Marsma Fajar

Total ada lima pesawat tempur F/A-18 Hornet milik Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) pada tahun 2003.

Marsma Fajar mengungkapkan permasalahan pesawat AS itu karena Kapal Induk AS melintasi Laut Jawa yang berada dalam teritori Indonesia.

Diketahui, prosedur kapal induk AS saat berlayar didampikan kapal perusak dan kapal lainnya. Kemudian selama perjalanan dicover oleh dua pesawat.

Kapal Induk AS merasa tidak melanggar wilayah Indonesia.  Sedangkan Indonesia menyatakan Kapal Induk AS telah melewati teritori Indonesia tanpa izin.

Hal itu berdasarkan UNCLOS 1982 (United Nations Convention on the Law of the Sea 1982) memang menyediakan dasar hukum bagi penetapan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI).

ALKI adalah jalur pelayaran yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia melalui perairan kepulauan Indonesia untuk lalu lintas kapal dan pesawat asing.

"Semua negara meratifikasi kecuali Amerika sehingga Amerika merasa ah dia laut internasional itu dalam satu manuver, waktu kita manuver itu bilang this International water. (Saya respon) negatif, Indonesia territory saya saya bilang gitu, dia bilang masih tetap on the international water," imbuhnya. 

Falcon 2 lalu melakukan rocking the wing sebagai pernyataan bahwa Falcon 1 tidak mengancam.

"We are just identified we are not your enemy bilang gitu tapi Kapten Ian sambil rocking the wing. Nah rocking the wing adalah satu kode menggerakkan pesawat kanan dan kiri ya kanan kiri itu artinya bahwa kita bersahabat tidak mau menyerang," kata Marsma Fajar.

Baca juga: Nanan Soekarna Ungkap Sempat Diajak Terbang oleh Marsma Fajar Sebelum Kecelakaan

Akhirnya, kata Marsma Fajar, pesawat AU dan AS tidak saling menyerang. Lima pesawat AS lalu kembali ke kapal induk AS.

Sedangkan, dua pesawat tempur AU berpatroli selama 30 menit.

"Kapten Ian menginstruksikan. Kita sudah pulang bahan bakar sudah cukup untuk pulang nih sudah menpis kita pulang dan itu sudah malam sudah jam 7 malam jadi betul-betul real operasi ya real kita manuvernya," kata Marsma Fajar.

Dikuburkan di Probolinggo

Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pratama I Nyoman Suadnyana mengatakan, jenazah Fajar Adriyanto akan dimakamkan di Probolinggo, Jawa Timur, pada Senin (4/8/2025).

Hal ini disampaikan Suadnyana saat melayat ke kediaman Marsma Fajar di Kompleks TNI AU Triloka, Pancoran, Jakarta Selatan, Minggu (3/8/2025).

Baca juga: TNI AU Berduka: Marsma Fajar Dimakamkan di Probolinggo Usai Kecelakaan Pesawat di Bogor

“Besok pagi rencana jenazah Almarhum Marsma Fajar akan digeser ke Malang (Jawa Timur) lewat Lanud Halim Perdanakusuma (Jakarta Timur),” katanya kepada wartawan.

Sosok Marsma Fajar

Marsma TNI Fajar Adrianto merupakan perwira tinggi TNI AU yang lahir pada 20 Juni 1970. 

Ia merupakan lulusan Akademi Angkatan Udara tahun 1992 dan dikenal sebagai penerbang pesawat tempur F-16 Fighting Falcon dengan callsign "Red Wolf". 

Fajar merupakan alumnus SMA Negeri 1 Malang angkatan 1989, dan memiliki rekam jejak panjang di TNI AU. 

Ia pernah menjabat sebagai Komandan Skadron Udara 3 Lanud Iswahyudi (2007–2010), Komandan Lanud Manuhua Biak (2017–2019), dan menjabat sebagai Kepala Dinas Penerangan TNI AU dari Mei 2019 hingga November 2020.

Terakhir, ia dipercaya menjabat sebagai Kapoksahli Kodiklatau sejak Desember 2024. 

Fajar juga dikenal sebagai pelaku sejarah dalam insiden udara antara F-16 TNI AU dan pesawat F/A-18 Hornet milik Angkatan Udara Amerika Serikat di wilayah udara Pulau Bawean pada tahun 2003. 

Atas dedikasinya, ia menerima berbagai penghargaan, termasuk Sertifikat dan Brevet "Tanggap Tangkas Tangguh" dari BNPB, serta penghargaan tesis terbaik dari Universitas Pertahanan Indonesia.

 

 

(TribunJakarta.com/Kompas.com)

 

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Momen Menegangkan Manuver F-16 Marsma Fajar Adriyanto Lolos Usai Dikunci Jet Tempur AS di Bawean

Sumber: TribunJakarta
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan