Momen Prabowo Curhat di Harlah PKB: Saya Hari ini Sudah Berapa Kali Pidato
Prabowo Subianto menyampaikan keluh kesahnya karena sudah berulang kali menyampaikan pidato dalam waktu sehari.
Perang terjadi di sejumlah kawasan, dan Indonesia konsisten mempertahankan sikap nonblok.
"Situasi dunia tidak baik-baik saja, perang di sana, perang di sini, kita jaga, berusaha kita nonblok," kata Prabowo.
Di bidang ekonomi, kata Presiden, semua negara sedang menghadapi Amerika Serikat yang menerapkan tarif Impor.
Negosiasi kepada Amerika Serikat berlangsung alot.
Dalam negosiasi tarif dagang tersebut, kata Prabowo, pemerintah mengedepankan kepentingan bangsa dan melindungi rakyat Indonesia.
"Di bidang ekonomi semua negara sedang menghadapi Amerika Serikat yang alot, punya garis alot. Tapi itu fakta kita harus berurusan, pendekatan kita, pendekatan saya, tanggung jawab saya adalah melindungi kepentingan bangsa indonesia," katanya.
"Kewajiban saya adalah melindungi rakyat Indonesia, dalam bidang ekonomi saya harus menjaga asal tidak alasan untuk PHK pekerja-pekerja kita, maka itu saya bermusyawarah dan negosiasi," katanya.
Sejarah Singkat PKB
PKB merupakan salah satu partai politik (parpol) di Indonesia yang berdiri pada 23 Juli 1998.
Dikutip dari laman PKB, partai ini didirikan oleh para kiai dari Nahdlatul Ulama (NU) seperti Mustofa Bisri, A Muhith Muzadi, hingga Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Kini, PKB diketuai oleh Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.
Berdirinya PKB berawal dari usulan warga NU dari seluruh Indonesia agar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendirikan parpol.
Namun usulan itu ditanggapi hati-hati karena adanya hasil Muktamar ke-27 di Situbondo, Jawa Timur, pada 1984, yang menyatakan NU adalah organisasi yang tidak akan melakukan kegiatan politik.
Hal ini membuat sejumlah kalangan NU tidak sabar dan justru mendeklarasikan untuk mendirikan parpol.
Beberapa parpol pun sempat berdiri seperti Partai Bintang Sembilan di Purwokerto, Jawa Tengah, dan Partai Kebangkitan Ummat di Cirebon, Jawa Barat.
Petinggi PBNU lantas menanggapi langkah dari kalangan akar rumput itu dengan menggelar Rapat Harian Syuriyah pada 3 Juni 1998.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.