Selasa, 7 Oktober 2025

Survei ISDS & Litbang Kompas: Publik Lebih Suka RI Gandeng Rusia daripada AS di Laut China Selatan 

Indonesia dinilai perlu memperkuat hubungan dengan Rusia daripada Amerika Serikat di Laut China Selatan.

Penulis: Gita Irawan
dok. US Navy
POLEMIK LAUT CHINA SELATAN - Kapal perang AS, USS Dewey berlayar di Laut Cina Selatan. Indonesia dinilai perlu memperkuat hubungan dengan Rusia daripada Amerika Serikat dan Tiongkok untuk memperkuat kedaulatan wilayah di Laut China Selatan (LCS). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia dinilai perlu memperkuat hubungan dengan Rusia daripada Amerika Serikat dan Tiongkok untuk memperkuat kedaulatan wilayah di Laut China Selatan (LCS).

Pendapat ini tercermin dari hasil survei persepsi publik dari Indonesia Strategic and Defence Studies (ISDS) dan Litbang Kompas terkait kedaulatan yang diumumkan ke publik pada Kamis (17/7/2025).

Sebelum membahas hasil survei, berikut sedikit penjelasan mengapa situasi di Laut China Selatan sangat penting bagi kedaulatan Indonesia.

Laut China Selatan selama ini menjadi spot panas perseteruan antara Beijing dengan negara Asia Tenggara. 

Sebab perairan tersebut merupakan salah satu jalur utama perdagangan dunia.

China mengklaim 90 persen wilayah perairan itu sebagai bagian dari negara mereka.

Klaim China itu bahkan "beririsan" dengan terirotial Indonesia di Laut Natuna Utara.

Dinamika geopolitik di Laut China Selatan yang dinamis menuntut respons cepat dan tegas dari pemerintah.

Masih segar dalam ingatan, pada 21 Oktober 2024, di mana Kapal China Coast Guard 5402 diusir oleh Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI di Laut Natuna Utara.

Insiden ini bermula dari gangguan terhadap aktivitas survei dan pengolahan data seismik 3D yang dilakukan oleh PT Pertamina menggunakan kapal MV Geo Coral.

Peristiwa ini menarik perhatian internasional dan menjadi sorotan media global.

Hasil survei

Kembali ke hasil survei Litbang Kompas, pertanyaan dalam survei adalah, "Menurut Anda, negara mana yang dapat bermitra dengan Indonesia untuk memperkuat kedaulatan Indonesia di Laut China Selatan?"

Hasilnya, sebanyak 21,4 persen responden mengatakan Indonesia harus bermitra dengan ASEAN.

Di urutan kedua, sebanyak 19,6 persen responden memandang Indonesia harus menggandeng Rusia.

Di urutan ketiga, sebanyak 17,4 persen responden memandang Indonesia harus menggandeng Amerika Serikat (AS).

Di urutan keempat, sebanyak 11,9 persen responden memandang Indonesia harus menggandeng Tiongkok.

"Ini yang menarik tiba-tiba Rusia muncul 19,6 persen, kemudian baru Amerika Serikat (17,4 persen). Padahal di survei sebelumnya Rusia ada di peringkat bawah, di bawahnya Jepang," kata Peneliti Litbang Kompas Dimas Okto Danamasi di kanal Youtube ISDS Indonesia Kamis (17/7/2025).

"Mungkin karena ada isu perang Rusia-Ukraina ini masyarakat jadi alert (sadar) ada kekuatan lain selain Amerika dan China, salah satunya Rusia," ungkapnya.

Sementara itu, sebanyak 52,3 persen responden memandang Malaysia adalah Negara ASEAN yang perlu digandeng Indonesia untuk memperkuat kedaulatan wilayah di Laut China Selatan.

Kemudian, pada peringkat kedua, sebanyak 29,3 persen responden memandang Singapura adalah Negara ASEAN yang perlu digandeng untuk memperkuat kedaulatan wilayah di Laut China Selatan.

"Persepsi masyarakat mengatakan kita harus bekerja sama dengan Malaysia, sebesar 52,3 persen (responden). Baru Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, dan negara-negara lain," pungkasnya.

Metode dan Latar Belakang Survei

Survei dilakukan dengan metode kuantitatif jajak pendapat melalui telepon.

Instrumen awal yang digunakan dalam survei adalah kuisioner.

Total ada sebanyak 321 orang yang menjadi responden survei terebut.

Responden diklaim tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan mayoritas responden berasal dari Jawa yakni 50,1 persen.

Kriteria responden adalah pria dan wanita dengan usia 17 sampai 60 tahun.

Mayoritas responden berusia 28 sampai 43 tahun (Gen Y) sebanyak 39,3 persen.

Mayoritas responden berpendidikan dasar yakni mencapai 44,4 persen.

Sementara itu, responden yang berpendidikan menengah mencapai 41,6 persen, dan berpendidikan tinggi hanya 14,0 persen.

Mayoritas responden berstatus sosial ekonomi di tingkat menengah yakni menengah bawah 33,2 persen dan menengah atas 56,3 persen.

Margin of Error survey diklaim mencapai kurang lebih 5,4 persen.

Survey dilakukan untuk mengetahui persepsi, awareness, pola komunikasi dan harapan masyarakat terkait kedaulatan negara khususnya isu di wilayah Laut China Selatan atau Laut Natuna Utara.

Isu kedaulatan negara dianggap penting terlebih adanya kondisi geopolitik terkini.

Kedaulatan negara yang dimaksud terdiri dari kedaulatan politik, ekonomi, hukum, dan wilayah.

Munculnya ketegangan geopolitik di wilayah Laut Natuna Utara dianggap menjadi isu utama dalan studi terkait kedaulatan Indonesia.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved